Senin, 19 Maret 2012

Islam dan Al - Quran

Islam-Al Qur’an

[2.2] Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

[2.4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

[2.23] Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

[2.41] Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa

[2.89] Dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.

[2.91] Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah”, mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?”

[2.97] Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

[2.129]Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

[2.185](Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

[2.231]Apabila kamu menalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang makruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang makruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudaratan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barang siapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah sebagai permainan. Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahawasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

[2.269]Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

[2.285]Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.

[3.3] Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

[3.4] Sebelum (Al Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).

[3.7] Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

[3.58] Demikianlah (kisah ‘Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebahagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Qur’an yang penuh hikmah.

[3.138] (Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

[4.47] Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat ma’siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.

[4.59] Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

[4.82] Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

[4.127] Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Qur’an (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya”.

[4.140] Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahawa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam,

[4.162] Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.

[4.166] (Mereka tidak mahu mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah yang mengakuinya.

[4.174] Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).

[5.48] Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, nescaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

[5.64] Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerosakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerosakan.

[5.66] Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, nescaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.

[5.68] Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

[5.83] Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad saw.)

[5.101] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, nescaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, nescaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

[6.5] Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al Qur’an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.

[6.19] Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: “Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahawa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?” Katakanlah: “Aku tidak mengakui”. Katakanlah: “Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.

[6.25] Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mahu beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “Al Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”.

[6.26] Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyedari.

[6.55] Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur’an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.

[6.57] Katakanlah: “Sesungguhnya aku (berada) di atas hujah yang nyata (Al Qur’an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik.

[6.70] Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, nescaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

[6.90] Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Qur’an)”. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.

[6.91] Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.

[6.92] Dan ini (Al Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Umulkura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur’an), dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.

[6.105] Demikianlah kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan yang mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan: “Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)”, dan supaya Kami menjelaskan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang mengetahui.

[6.110] Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.

[6.114] Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahawa Al Qur’an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.

[6.115] Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

[6.155] Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,

[6.156] (Kami turunkan Al Qur’an itu) agar kamu (tidak) mengatakan: bahawa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.”

[7.52]Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

[7.53]Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Qur’an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Qur’an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: “Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?” Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.

[7.157](Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

[7.185]Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al Qur’an itu?

[7.196]Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.

[7.203]Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

[7.204]Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

[8.31]Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki nescaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Qur’an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala”.

[8.32]Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”.

[9.33]Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.

[9.111]Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

[10.1]Alif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah.

[10.15]Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”.

[10.37]Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.

[10.40]Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerosakan.

[10.61]Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).

[10.108]Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”.

[11.13]Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.

[11.14]Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): “Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahawasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka mahukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”

[11.17]Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata (Al Qur’an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Qur’an itu telah ada kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Qur’an. Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Qur’an itu. Sesungguhnya (Al Qur’an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

[11.110]Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, nescaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al Qur’an.

[12.1]Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al Qur’an) yang nyata (dari Allah).

[12.2]Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

[12.3]Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

[12.111]Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

[13.1]Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur’an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).

[13.30]Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Qur’an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: “Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat”.

[13.31]Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al Qur’an itulah dia). Sebenarnya segala itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahawa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.

[13.37]Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.

[14.52](Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahawasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

[15.1]Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebahagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur’an yang memberi penjelasan.

[15.6]Mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan Al Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.

[15.9]Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

[15.13]mereka tidak beriman kepadanya (Al Qur’an) dan sesungguhnya telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang dahulu.

[15.87]Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung.

[15.91](yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Qur’an itu terbahagi-bahagi.

[16.44]keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,

[16.64]Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

[16.89](Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

[16.98]Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

[16.102]Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.

[16.103]Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahawa mereka berkata: “Sesungguhnya Al Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahawa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedang Al Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.

[16.104]Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Qur’an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.

[17.9]Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahawa bagi mereka ada pahala yang besar,

[17.41]Dan sesungguhnya dalam Al Qur’an ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).

[17.45]Dan apabila kamu membaca Al Qur’an nescaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.

[17.46]dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, nescaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.

[17.60]Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.

[17.82]Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

[17.88]Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, nescaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain”.

[17.89]Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya).

[17.105]Dan Kami turunkan (Al Qur’an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

[17.106]Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bahagian demi bahagian.

[17.107]Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,

[18.1]Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;

[18.6]Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur’an).

[18.27]Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur’an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.

[18.54]Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.

[19.16]Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,

[19.41]Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.

[19.51]Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Kitab (Al Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.

[19.54]Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.

[19.56]Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.

[19.97]Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.

[20.2]Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

[20.99]Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebahagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Qur’an).

[20.100]Barang siapa berpaling daripada Al Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat,

[20.113]Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.

[20.114]Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”

[20.134]Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?”

[21.2]Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,

[21.5]Bahkan mereka berkata (pula): “(Al Qur’an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus”.

[21.24]Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: “Unjukkanlah hujahmu! (Al Qur’an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan orang-orang yang sebelumku”. Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling.

[21.50]Dan Al Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?

[22.16]Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Qur’an yang merupakan ayat-ayat yang nyata; dan bahawasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

[22.54]dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahawasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

[22.55]Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur’an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.

[22.78]Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

[23.66]Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur’an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang,

[23.67]dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari.

[25.1]Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,

[25.4]Dan orang-orang kafir berkata: “Al Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain”; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.

[25.6]Katakanlah: “Al Qur’an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahsia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

[25.29]Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mahu menolong manusia.

[25.30]Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”.

[25.32]Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).

[25.52]Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar.

[26.2]Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan.

[26.6]Sungguh mereka telah mendustakan (Al Qur’an), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan.

[26.192]Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,

[26.196]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.

[26.198]Dan kalau Al Qur’an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab,

[26.200]Demikianlah Kami masukkan Al Qur’an ke dalam hati orang-orang yang durhaka.

[26.210]Dan Al Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan.

[26.211]Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa.

[26.212]Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Qur’an itu.

[27.1]Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Qur’an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan,

[27.6]Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al Qur’an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

[27.76]Sesungguhnya Al Qur’an ini menjelaskan kepada Bani Israel sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.

[27.77]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

[27.92]Dan supaya aku membacakan Al Qur’an (kepada manusia). Maka barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa yang sesat maka katakanlah: “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan”.

[28.2]Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Qur’an) yang nyata (dari Allah).

[28.49]Katakanlah: “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Qur’an) nescaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar”.

[28.51]Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Qur’an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.

[28.52]Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Qur’an, mereka beriman (pula) dengan Al Qur’an itu.

[28.53]Dan apabila dibacakan (Al Qur’an itu) kepada mereka, mereka berkata: “Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami, sesungguhnya Kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan (nya).

[28.85]Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”.

[28.86]Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Qur’an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.

[29.45]Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[29.47]Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an), maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al Qur’an); dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir.

[29.48]Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur’an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu).

[29.49]Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

[29.51]Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahawasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

[30.16]Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Qur’an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).

[30.58]Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Qur’an ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka”.

[31.2]Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah,

[32.2]Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.

[32.3]Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: “Dia Muhammad mengada-adakannya”. Sebenarnya Al Qur’an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.

[32.23]Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu-ragu menerima (Al Qur’an itu) dan Kami jadikan Al Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israel.

[34.31]Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Qur’an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebahagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.

[34.43]Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata: “Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kamu dari apa yang disembah oleh bapak-bapakmu”, dan mereka berkata: “(Al Qur’an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja”. Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.

[35.31]Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.

[36.2]Demi Al Qur’an yang penuh hikmah,

[36.69]Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,

[37.170]Tetapi mereka mengingkarinya (Al Qur’an): maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu).

[38.1]Shaad, demi Al Qur’an yang mempunyai keagungan.

[38.8]mengapa Al Qur’an itu diturunkan kepadanya di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Qur’an-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.

[38.87]Al Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.

[38.88]Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Qur’an setelah beberapa waktu lagi.

[39.1]Kitab (Al Qur’an ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

[39.2]Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

[39.23]Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.

[39.27]Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

[39.28](Ialah) Al Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.

[39.41]Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang
mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

[40.2]Diturunkan Kitab ini (Al Qur’an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,

[40.70](Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al Kitab (Al Qur’an) dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah
Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui,

[41.26]Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).

[41.41]Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia.

[41.42]Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan mahupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

[41.44]Dan jika Kami jadikan Al Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al Qur’an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”.

[41.45]Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka terhadap Al Qur’an benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan.

[41.52]Katakanlah: “Bagaimana pendapatmu jika (Al Qur’an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?”

[41.53]Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahawa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?

[42.7]Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.

[42.24]Bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah”. Maka jika Allah menghendaki nescaya Dia mengunci mati hatimu; dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya (Al Qur’an). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

[42.52]Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

[43.2]Demi Kitab (Al Qur’an) yang menerangkan.

[43.3]Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).

[43.4]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu dalam induk Al Kitab (Lohmahfuz) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.

[43.5]Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al Qur’an kepadamu, karena kamu adalah kaum yang melampaui batas?

[43.8]Maka telah Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya dari mereka itu (musyrikin Mekah) dan telah terdahulu (tersebut dalam Al Qur’an) perumpamaan umat-umat masa dahulu.

[43.21]Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Qur’an lalu mereka berpegang dengan kitab itu?

[43.29]Tetapi Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al Qur’an) dan seorang rasul yang memberi penjelasan.

[43.30]Dan tatkala kebenaran (Al Qur’an) itu datang kepada mereka, mereka berkata: “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya”.

[43.31]Dan mereka berkata: “Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?

[43.36]Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.

[43.44]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.

[44.2]Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan,

[44.58]Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

[45.11]Ini (Al Qur’an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih.

[45.20]Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

[46.4]Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur’an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar”.

[46.8]Bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Qur’an)”, Katakanlah: “Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Qur’an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

[46.10]Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Qur’an itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israel mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al Qur’an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

[46.11]Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau sekiranya dia (Al Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama”.

[46.12]Dan sebelum Al Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Qur’an) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

[46.29]Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

[46.30]Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.

[47.9]Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.

[47.24]Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?

[50.1]Qaaf. Demi Al Qur’an yang sangat mulia.

[50.45]Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.

[51.9]dipalingkan daripadanya (Rasul dan Al Qur’an) orang yang dipalingkan.

[52.34]Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.

[53.3]dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemahuan hawa nafsunya.

[53.33]Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari Al Qur’an)?,

[54.17]Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

[54.22]Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

[54.32]Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mahu mengambil pelajaran?

[54.40]Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

[55.2]Yang telah mengajarkan Al Qur’an.

[56.77]sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,

[56.81]Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur’an ini?,

[57.9]Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.

[59.21]Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.

[64.8]Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[68.44]Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Qur’an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

[68.51]Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Qur’an dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”.

[68.52]Dan Al Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.

[69.40]Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,

[69.41]dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

[69.48]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

[69.50]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).

[69.51]Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.

[72.1]Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahawasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan,

[72.13]Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Qur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

[73.4]atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

[73.20]Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahawasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahawa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahawa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebahagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu nescaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[74.16]Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Qur’an).

[74.24]lalu dia berkata: “(Al Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),

[74.54]Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah peringatan.

[74.55]Maka barang siapa menghendaki, nescaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Qur’an).

[75.16]Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.

[75.31]Dan ia tidak mahu membenarkan (Rasul dan Al Qur’an) dan tidak mahu mengerjakan salat,

[76.23]Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.

[77.50]Maka kepada perkataan apakah selain Al Qur’an ini mereka akan beriman?

[81.19]sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),

[81.25]Dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,

[81.27]Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,

[84.21]Dan apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,

[85.21]Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia,

[86.13]sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil,

[87.6]Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa,

[97.1]Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.

[98.2](yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur’an),
www.myland59.blogspot.com

Selasa, 24 Januari 2012

Perempuan Mudah Masuk Syurga Tapi Ramai Di Neraka


Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.

Bagi isteri hanya 4 syarat untuk mereka ke syurga “Apabila seorang isteri mengerjakan solat 5 waktu, mengerjakan puasa sebulan, memelihara kehormatannya (aurat) serta mentaati suaminya, nescaya dia akan masuk syurga”. (Riwayat Imam Bazzar melalui Anas r.a)

Daripada Anas,Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Apabila seorang perempuan mendirikan sembahyang lima waktu, berpuasa sebulan (Ramadhan), menjaga kehormatan dan taat kepada suami, dia akan disuruh memasuki syurga melalui mana-mana pintu yang dia sukai.” (Hadis Riwayat Ahmad)

Perempuan tidak perlu keluar berjihad atau berperang, cukup sekadar mengerjakan haji atau umrah bagi yang cukup syaratnya.

Daripada Aishah r.a. katanya, aku berkata, “Ya Rasulullah, kita mengetahui bahawa jihad adalah sebaik-baik amalan. Oleh itu apakah kami kaum wanita tidak boleh ikut berjihad?” Baginda terus menjawab: “Bagi kamu semua (kaum wanita) jihad yang paling baik ialah mengerjakan haji dan mendapatkan haji mabrur."
Rasulullah SAW bersabda: ” Jihad orang yang tua, lemah dan wanita ialah menunaikan haji” (an-Nasa’i)”

Pernah Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda yang bermaksud : “Jikalau sekiranya ada perintah dari Allah SWT untuk menyuruh manusia sujud kepada manusia nescaya aku suruh isteri sujud kepada suaminya.”

Namun perempuan lebih ramai di neraka

Dari Abdullah bin Umar r.a katanya:Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam telah bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar iaitu memohon ampun. Kerana aku melihat kaum wanitalah yang lebih ramai menjadi penghuni Neraka.”

Seorang wanita yang cukup pintar di antara mereka bertanya: “Wahai Rasulullah,kenapa kami kaum wanita yang lebih ramai menjadi penghuni Neraka?”Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda:“Kamu banyak mengutuk dan mengingkari suami.

Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal, daripada golongan kamu.

Wanita itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan akal dan agama itu? “Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Maksud kekurangan akal ialah penyaksian dua orang wanita sama dengan penyaksian seorang lelaki.

Inilah yang dikatakan kekurangan akal.Begitu juga wanita tidak mendirikan sembahyang pada malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan Ramadhan kerana haid. Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama”

Dari Imran bin Husain dia berkata,Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda yang bermaksud : “Sesungguhnya penduduk Syurga yang paling sedikit adalah wanita.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)

Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda yang bermaksud : “Aku melihat ke dalam Syurga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam Neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari dan Muslim)

Sabda Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam :“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR Nasa’i)

Sabda Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam :“Wanita yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’ie) maka haram baginya mencium wangi Syurga.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan At-Tirmizi )

Dalam hadis yang lain,Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penghuni Neraka,baginda bersabda :“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka kerana sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti bunggul unta.

Mereka tidak masuk Syurga dan tidak mendapatkan wanginya Syurga padahal wanginya boleh didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)

Di dalam kisah solat gerhana matahari,Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam. dan para sahabatnya melakukan solat gerhana padanya dengan solat yang panjang,

Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam melihat Syurga dan Neraka. Ketika beginda melihat Neraka beginda bersabda kepada para sahabatnya: “ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.

Para sahabat pun bertanya:“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Baginda Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam menjawab : “Kerana kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Baginda menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya.

Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) nescaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)

Ketika beginda selesai berkhutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT. dan anjuran untuk mentaati-Nya.

Baginda pun bangkit mendatangi kaum wanita, baginda menasihati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian baginda bersabda : “Bersedekahlah kamu semua.

Kerana kebanyakan kamu adalah kayu api Neraka Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, dia pun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Baginda menjawab : “Kerana kamu banyak mengeluh dan kamu tidak taat terhadap suami.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari)

♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥

Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

www.myland59.blogspot.com

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI MENURUT SYARI'AT ISLAM YANG MULIA


Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Menurut Syari’at Islam Yang Mulia

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam senantiasa menganjurkan kaum muda untuk menyegerakan me-nikah sehingga mereka tidak berkubang dalam kemak-siatan, menuruti hawa nafsu dan syahwatnya. Karena, banyak sekali keburukan akibat menunda pernikahan. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah! Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa) karena shaum itu dapat memben-tengi dirinya.”[1]

Anjuran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk segera menikah mengandung berbagai manfaat, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, di antaranya:

[1]. Melaksanakan Perintah Allah Ta’ala.
[2]. Melaksanakan Dan Menghidupkan Sunnah Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam.
[3]. Dapat Menundukkan Pandangan.
[4]. Menjaga Kehormatan Laki-Laki Dan Perempuan.
[5]. Terpelihara Kemaluan Dari Beragam Maksiat.

Dengan menikah, seseorang akan terpelihara dari perbuatan jelek dan hina, seperti zina, kumpul kebo, dan lainnya. Dengan terpelihara diri dari berbagai macam perbuatan keji, maka hal ini adalah salah satu sebab dijaminnya ia untuk masuk ke dalam Surga.

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Barangsiapa yang menjaga apa yang ada di antara dua bibir (lisan)nya dan di antara dua paha (ke-maluan)nya, aku akan jamin ia masuk ke dalam Surga.” [2]

[6]. Ia Juga Akan Termasuk Di Antara Orang-Orang Yang Ditolong Oleh Allah.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang ditolong oleh Allah, yaitu orang yang menikah untuk memelihara dirinya dan pandangannya, orang yang berjihad di jalan Allah, dan seorang budak yang ingin melunasi hutangnya (menebus dirinya) agar merdeka (tidak menjadi budak lagi). Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah: (1) mujahid fi sabilillah, (2) budak yang menebus dirinya agar merdeka, dan (3) orang yang menikah karena ingin memelihara kehor-matannya.” [3]

[7]. Dengan Menikah, Seseorang Akan Menuai Ganjaran Yang Banyak.
Bahkan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa seseorang yang bersetubuh dengan isterinya akan mendapatkan ganjaran. Beliau bersabda,

“Artinya : ... dan pada persetubuhan salah seorang dari kalian adalah shadaqah...” [4]

[8]. Mendatangkan Ketenangan Dalam Hidupnya
Yaitu dengan terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

"Artinya : Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Ar-Ruum : 21]

Seseorang yang berlimpah harta belum tentu merasa tenang dan bahagia dalam kehidupannya, terlebih jika ia belum menikah atau justru melakukan pergaulan di luar pernikahan yang sah. Kehidupannya akan dihantui oleh kegelisahan. Dia juga tidak akan mengalami mawaddah dan cinta yang sebenarnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

"Artinya : Tidak pernah terlihat dua orang yang saling mencintai seperti (yang terlihat dalam) pernikahan.” [5]

Cinta yang dibungkus dengan pacaran, pada hakikatnya hanyalah nafsu syahwat belaka, bukan kasih sayang yang sesungguhnya, bukan rasa cinta yang sebenarnya, dan dia tidak akan mengalami ketenangan karena dia berada dalam perbuatan dosa dan laknat Allah. Terlebih lagi jika mereka hidup berduaan tanpa ikatan pernikahan yang sah. Mereka akan terjerumus dalam lembah perzinaan yang menghinakan mereka di dunia dan akhirat.

Berduaan antara dua insan yang berlainan jenis merupakan perbuatan yang terlarang dan hukumnya haram dalam Islam, kecuali antara suami dengan isteri atau dengan mahramnya. Sebagaimana sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

"Artinya : angan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang wanita, kecuali si wanita itu bersama mahramnya.” [6]

Mahram bagi laki-laki di antaranya adalah bapaknya, pamannya, kakaknya, dan seterusnya. Berduaan dengan didampingi mahramnya pun harus ditilik dari kepen-tingan yang ada. Jika tujuannya adalah untuk ber-pacaran, maka hukumnya tetap terlarang dan haram karena pacaran hanya akan mendatangkan kegelisahan dan menjerumuskan dirinya pada perbuatan-perbuatan terlaknat. Dalam agama Islam yang sudah sempurna ini, tidak ada istilah pacaran meski dengan dalih untuk dapat saling mengenal dan memahami di antara kedua calon suami isteri.

Sedangkan berduaan dengan didampingi mahramnya dengan tujuan meminang (khitbah), untuk kemudian dia menikah, maka hal ini diperbolehkan dalam syari’at Islam, dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan pula oleh syari’at.

[9]. Memiliki Keturunan Yang Shalih
Setiap orang yang menikah pasti ingin memiliki anak. Dengan menikah –dengan izin Allah— ia akan mendapatkan keturunan yang shalih, sehingga menjadi aset yang sangat berharga karena anak yang shalih akan senantiasa mendo’akan kedua orang tuanya, serta dapat menjadikan amal bani Adam terus mengalir meskipun jasadnya sudah berkalang tanah di dalam kubur.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.” [7]

[10]. Menikah Dapat Menjadi Sebab Semakin Banyaknya Jumlah Ummat Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam
Termasuk anjuran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah menikahi wanita-wanita yang subur, supaya ia memiliki keturunan yang banyak.

Seorang yang beriman tidak akan merasa takut dengan sempitnya rizki dari Allah sehingga ia tidak membatasi jumlah kelahiran. Di dalam Islam, pembatasan jumlah kelahiran atau dengan istilah lain yang menarik (seperti “Keluarga Berencana”) hukumnya haram dalam Islam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam justru pernah mendo’akan seorang Shahabat beliau, yaitu Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, yang telah membantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun dengan do’a:

“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya dan berkahilah baginya dari apa-apa yang Engkau anugerahkan padanya.” [8]

Dengan kehendak Allah, dia menjadi orang yang paling banyak anaknya dan paling banyak hartanya pada waktu itu di Madinah. Kata Anas, “Anakku, Umainah, menceritakan kepadaku bahwa anak-anakku yang sudah meninggal dunia ada 120 orang pada waktu Hajjaj bin Yusuf memasuki kota Bashrah.” [9]

Semestinya seorang muslim tidak merasa khawatir dan takut dengan banyaknya anak, justru dia merasa bersyukur karena telah mengikuti Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Allah ‘Azza wa Jalla akan memudahkan baginya dalam mendidik anak-anaknya, sekiranya ia bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagi Allah ‘Azza wa Jalla tidak ada yang mustahil.

Di antara manfaat dengan banyaknya anak dan keturunan adalah:
1. Mendapatkan karunia yang sangat besar yang lebih tinggi nilainya dari harta.
2. Menjadi buah hati yang menyejukkan pandangan.
3. Sarana untuk mendapatkan ganjaran dan pahala dari sisi Allah.
4. Di dunia mereka akan saling menolong dalam ke-bajikan.
5. Mereka akan membantu meringankan beban orang tuanya.
6. Do’a mereka akan menjadi amal yang bermanfaat ketika orang tuanya sudah tidak bisa lagi beramal (telah meninggal dunia).
7. Jika ditakdirkan anaknya meninggal ketika masih kecil/belum baligh -insya Allah- ia akan menjadi syafa’at (penghalang masuknya seseorang ke dalam Neraka) bagi orang tuanya di akhirat kelak.
8. Anak akan menjadi hijab (pembatas) dirinya dengan api Neraka, manakala orang tuanya mampu men-jadikan anak-anaknya sebagai anak yang shalih atau shalihah.
9. Dengan banyaknya anak, akan menjadi salah satu sebab kemenangan kaum muslimin ketika jihad fi sabilillah dikumandangkan karena jumlahnya yang sangat banyak.
10. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bangga akan jumlah ummatnya yang banyak.

Anjuran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ini tentu tidak bertentangan dengan manfaat dan hikmah yang dapat dipetik di dalamnya. Meskipun kaum kafir tiada henti-hentinya menakut-nakuti kaum muslimin sepuaya mereka tidak memiliki banyak anak dengan alasan rizki, waktu, dan tenaga yang terbatas untuk mengurus dan memperhatikan mereka. Padahal, bisa jadi dengan adanya anak-anak yang menyambutnya ketika pulang dari bekerja, justru akan membuat rasa letih dan lelahnya hilang seketika. Apalagi jika ia dapat bermain dan bersenda gurau dengan anak-anaknya. Masih banyak lagi keutamaan memiliki banyak anak, dan hal ini tidak bisa dinilai dengan harta.

Bagi seorang muslim yang beriman, ia harus yakin dan mengimani bahwa Allah-lah yang memberikan rizki dan mengatur seluruh rizki bagi hamba-Nya. Tidak ada yang luput dari pemberian rizki Allah ‘Azza wa Jalla, meski ia hanya seekor ikan yang hidup di lautan yang sangat dalam atau burung yang terbang menjulang ke langit. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Huud : 6]

Pada hakikatnya, perusahaan tempat bekerja hanyalah sebagai sarana datangnya rizki, bukan yang memberikan rizki. Sehingga, setiap hamba Allah ‘Azza wa Jalla diperintahkan untuk berusaha dan bekerja, sebagai sebab datangnya rizki itu dengan tetap tidak berbuat maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam usahanya mencari rizki. Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

Artinya : “Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” [Ath-Thalaq : 4]

Jadi, pada dasarnya tidak ada alasan apa pun yang membenarkan seseorang membatasi dalam memiliki jumlah anak, misalnya dengan menggunakan alat kontrasepsi, yang justru akan membahayakan dirinya dan suaminya, secara medis maupun psikologis

APABILA BELUM DIKARUNIAI ANAK
Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Mahaadil, Maha Mengetahui, dan Mahabijaksana meng-anugerahkan anak kepada pasangan suami isteri, dan ada pula yang tidak diberikan anak. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” [Asy-Syuuraa : 49-50]

Apabila sepasang suami isteri sudah menikah sekian lama namun ditakdirkan oleh Allah belum memiliki anak, maka janganlah ia berputus asa dari rahmat Allah ‘Azza wa Jalla. Hendaklah ia terus berdo’a sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam dan Zakariya ‘alaihis salaam telah berdo’a kepada Allah sehingga Allah ‘Azza wa Jalla mengabulkan do’a mereka.

Do’a mohon dikaruniai keturunan yang baik dan shalih terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu:

“Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” [Ash-Shaaffaat : 100]

“...Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Al-Furqaan : 74]

“...Ya Rabb-ku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkau-lah ahli waris yang terbaik.” [Al-Anbiyaa' : 89]

“...Ya Rabb-ku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.” [Ali ‘Imran : 38]

Suami isteri yang belum dikaruniai anak, hendaknya ikhtiar dengan berobat secara medis yang dibenarkan menurut syari’at, juga menkonsumsi obat-obat, makanan dan minuman yang menyuburkan. Juga dengan meruqyah diri sendiri dengan ruqyah yang diajarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan terus menerus istighfar (memohon ampun) kepada Allah atas segala dosa. Serta senantiasa berdo’a kepada Allah di tempat dan waktu yang dikabulkan. Seperti ketika thawaf di Ka’bah, ketika berada di Shafa dan Marwah, pada waktu sa’i, ketik awuquf di Arafah, berdo’a di sepertiga malam yang akhir, ketika sedang berpuasa, ketika safar, dan lainnya.[10]

Apabila sudah berdo’a namun belum terkabul juga, maka ingatlah bahwa semua itu ada hikmahnya. Do’a seorang muslim tidaklah sia-sia dan Insya Allah akan menjadi simpanannya di akhirat kelak.

Janganlah sekali-kali seorang muslim berburuk sangka kepada Allah! Hendaknya ia senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Apa yang Allah takdirkan baginya, maka itulah yang terbaik. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya, Mahabijaksana dan Mahaadil.

Bagi yang belum dikaruniai anak, gunakanlah kesempatan dan waktu untuk berbuat banyak kebaikan yang sesuai dengan syari’at, setiap hari membaca Al-Qur-an dan menghafalnya, gunakan waktu untuk membaca buku-buku tafsir dan buku-buku lain yang bermanfaat, berusaha membantu keluarga, kerabat terdekat, tetangga-tetangga yang sedang susah dan miskin, mengasuh anak yatim, dan sebagainya.

Mudah-mudahan dengan perbuatan-perbuatan baik yang dikerjakan dengan ikhlas mendapat ganjaran dari Allah di dunia dan di akhirat, serta dikaruniai anak-anak yang shalih.

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]
www.myland59.blogspot.com

Kewajibanmu dlm Keluarga
Asy Syariah category
Kewajibanmu dlm Keluarga

penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah
Sakinah Mengayuh Biduk 11 - November - 2004 10:03:56

dlm Islam peran domestik kaum istri memiliki kedudukan yg sangat mulia. Namun musuh-musuh Islam terus berusaha meruntuhkan sendi dasar rumah tangga ini dgn menggalang berbagai opini menyesatkan. “Pemberdayaan perempuan” “kesetaraan gender” “kungkungan budaya patriarkhi” adl sebagian propaganda yg tiada henti dijejalkan di benak wanita-wanita Islam.

Islam oleh musuh-musuh dituding sebagai ajaran yg tdk sensitif gender. Posisi wanita dlm Islam menurut mereka selalu termarginalkan atau terpinggirkan dlm lingkungan yg didominasi dan dikuasai laki-laki.
Permasalahan yg sering ‘diserang’ kaum feminis dan aktivis perempuan anti Islam adl peran istri/ ibu dlm mengurusi tugas-tugas kerumahtanggaan. Oleh mereka peran ibu yg hanya mengurusi tugas-tugas domestik hanya akan menciptakan ketidakberdayaan sekaligus ketergantungan istri terhadap suaminya.
Juga dikesankan bahwa wanita yg hanya tinggal di rumah adl pengangguran dan menyia-nyiakan setengah dari potensi masyarakat. Propaganda ini didukung oleh opini negatif yg berkembang di masyarakat di mana wanita selama ini tdk lbh dari sekedar “konco wingking” wanita tdk lepas dari “dapur kasur dan sumur” “masak macak manak“ dan sebagainya. Oleh krn itu agar wanita bisa “maju” para wanita harus direposisi dlm ruang publik yg seluas-luasnya.
Gerakan ini gencar dilancarkan musuh-musuh Islam krn mereka sangat paham bagaimana merusak Islam dgn menjadikan wanita muslimah sebagai sasaran bidik. Dengan semakin jauh kaum wanita dari rumah mereka berharap pintu-pintu kerusakan akan semakin terbuka lebar. Lebih jauh jika wanita telah rusak mk tatanan masyarakat Islam akan rusak pula.

Rumahmu Istanamu
Seorang wanita perlu mengetahui bahwa tempat asal berdiam adl dlm rumah dan rumah ini pula yg menjadi tempat bekerja. Dalil-dalil dari syariat yg mulia telah menetapkan dan mempersaksikan tentang hal ini di antaranya:
- Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Ummahatul Mukminin:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian.”
Makna ayat ini kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah adl perintah utk selalu menetap dlm rumah. Walaupun sasaran pembicaraan dlm ayat ini ditujukan kepada para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun secara makna wanita selain mereka juga termasuk di dlm perintah ini.
- Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
لاَ تُخْرِجُوْهُنَّ مِنْ بُيُوْتِهِنَّ وَلاَ يَخْرُجْنَ
“Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari rumah-rumah mereka dan janganlah mereka keluar.”
Walaupun ayat di atas berkenaan dgn wanita/ istri yg tengah menjalani masa ‘iddah namun kata ulama hukum tidaklah khusus bagi mereka namun juga berlaku bagi wanita yg lain.
- Pelajaran dari kisah antara Nabi Musa ‘alaihissalam dgn dua orang wanita di Madyan yg Allah kisahkan kepada kita dlm Tanzil-Nya:
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُوْنَ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُوْدَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لاَ نَسْقِيْ حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ. فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ. فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لاَ تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْن. َقَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ اْلأَمِيْنُ
“Tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan di sana ia menjumpai sekumpulan orang yg sedang meminumkan ternak mereka dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang wanita yg sedang menghambat ternaknya. Musa berkata: ‘Apa maksud kalian berbuat begini kenapa kalian tdk ikut meminumkan ternak kalian bersama mereka?’ Kedua wanita itu menjawab: ‘Kami tdk dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternak mereka sedangkan ayah kami1 telah berusia lanjut.’ mk Musa memberi minum ternak itu utk menolong kedua kemudian ia kembali ke tempat yg teduh lalu berdoa: ‘Ya Tuhanku sesungguh aku sangat memerlukan suatu kebaikan yg Engkau turunkan kepadaku.” Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu sembari berjalan dgn malu-malu ia berkata: ‘Ayahku memanggilmu utk membalas kebaikanmu memberi minum ternak kami.’ mk tatkala Musa mendatangi ayah ia menceritakan kisah dirinya. Syu’aib pun berkata: ‘Janganlah takut engkau telah selamat dari orang2 yg zalim itu .’ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yg bekerja pada kita krn sesungguh orang yg paling baik yg engkau ambil utk bekerja pada kita adl orang yg kuat lagi dapat dipercaya’.”
Karena sifat wara dan takwa yg ada pada kedua kedua wanita ini enggan utk bercampur dgn para penggembala tersebut. Adapun kedua keluar rumah utk memberi minum ternak adl krn darurat di mana sang ayah telah berusia senja sehingga tdk mampu lagi mengurus ternak yg ada. Perjumpaan dgn Nabi Musa ‘alaihissalam membuahkan gagasan di benak salah seorang dari wanita tersebut bahwa telah tiba saat utk mengembalikan perkara pada tempat yg semesti ia pun berkata kepada sang ayah: “Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yg bekerja pada kita krn sesungguh orang yg paling baik yg engkau ambil utk bekerja pada kita adl orang yg kuat lagi dapat dipercaya.” Sang ayah pun menyambut usulan putri kemudian berkata kepada Nabi Musa:
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيْدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
“Berkatalah sang ayah: ‘Sesungguh aku bermaksud menikahkan engkau dgn salah seorang dari kedua putriku ini atas dasar engkau bekerja denganku selama delapan tahun dan jika engkau cukupkan sepuluh tahun mk itu adl suatu kebaikan darimu aku tidaklah hendak memberatkanmu. Dan engkau Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang2 yg baik’.” (Daurul Mar’ah hal. 1)
- Shalat di masjid sebagai satu amalan yg utama disyariatkan kepada kaum lelaki banyak pahala akan diraih terlebih bila shalat itu dilakukan di Masjid Nabawi. Namun ternyata bersamaan dgn itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kaum wanita utk shalat di rumah mereka. Ketika istri Abu Humaid As-Sa’idi datang kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menyatakan: “Wahai Rasulullah aku senang shalat berjamaah bersamamu.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّيْنَ الصَّلاَةَ مَعِيْ وَصَلاَتُكِ فِيْ بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِيْ حُجْرَتِكِ وَصَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِيْ دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِن ْصَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِيْ
“Sungguh aku tahu engkau senang shalat jamaah denganku namun shalatmu di ruang yg khusus yg ada di rumahmu lbh baik bagimu daripada shalatmu di kamarmu shalatmu di kamarmu lbh baik daripada shalatmu di rumahmu shalatmu di rumahmu lbh baik daripada shalatmu di masjid kaummu dan shalatmu di masjid kaummu lbh baik daripada shalatmu di masjidku.”
Bila seorang wanita tetap tinggal di rumah ia akan bisa menunaikan tugas-tugas dlm rumah memenuhi hak-hak suami mendidik anak-anak dan membekali diri dgn kebaikan. Sementara bila seorang wanita sering keluar rumah ia akan menyia-nyiakan sekian banyak kewajiban yg dibebankan kepadanya.

Keluar rumah saat ada hajat
Dari penjelasan di atas janganlah dipahami bahwa wanita dilarang secara mutlak utk keluar dari rumahnya. Bahkan terdapat keterangan dari syariat tentang kebolehan wanita keluar dari rumah saat ada kebutuhan dan krn darurat.
- ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkisah: “Suatu malam Saudah bintu Zam’ah radhiallahu ‘anha keluar dari rumah utk membuang hajat. Ketika itu ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu melihat dan mengenalinya. ‘Umar pun berkata: “Engkau Saudah demi Allah tdk tersembunyi bagi kami.” Saudah pun kembali menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ia ceritakan kejadian tersebut kepada beliau. Saat itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang makan malam di rumahku. dlm keadaan tangan beliau sedang memegang tulang yg pada ada sisa daging turunlah wahyu beliau pun berkata:
قَدْ أَذِنَ اللهُ لَكُنَّ أَنْ تَخْرُجْنَ لِحَوَائِجِكُنَّ
“Allah telah mengizinkan kalian utk keluar rumah guna menunaikan hajat kalian.”
- Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi tuntunan kepada para suami utk tdk melarang istri mereka shalat di masjid bila si istri minta izin padanya:
إِذَا اسْتَأْذَنَتِ امْرَأَةُ أَحَدِكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلاَ يَمْنَعْهَا
“Apabila istri salah seorang dari kalian minta izin ke masjid mk janganlah ia melarangnya.”
Dan beliau menyatakan:
لاَ تَمْنَعُوْا إِمَاءَََََََ اللهِ مَسَاجِدَ اللهِ
“Janganlah kalian mencegah hamba-hamba perempuan Allah dari masjid-masjid Allah.”
- Dari sejarah para shahabiyyah kita mengetahui ada di antara mereka yg keluar menyertai mahram mereka ke medan jihad utk memberi minum kepada mujahidin dan mengobati orang yg luka.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم يَغْزُوْ بِأُمِّ سُلَيْمٍ وَنِسْوَة مِنَ الأنْصَارِ مَعَهُ إِذَا غَزَا فَيَسْقِيْنَ الْمَاءَ وَيُدَاوِيْنَ الْجَرْحَى
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berperang bersama Ummu Sulaim dan beberapa wanita dari kalangan Anshar ikut bersama beliau ketika beliau berperang. Mereka memberi minum dan mengobati mujahidin yg terluka.”
Ummu ‘Athiyah radhiallahu ‘anhu bertutur: “Aku pernah berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm tujuh kali peperangan aku menjaga dan mengurus tunggangan-tunggangan mereka membuatkan makanan utk mereka mengobati orang yg luka dan merawat orang sakit.”
- Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bila hendak safar beliau mengundi di antara istri-istri utk menentukan siapa di antara mereka yg akan menyertai beliau dlm safarnya.
Keluar wanita dari rumah ini merupakan pengecualian dari hukum asal2 dan disebabkan kepentingan yg darurat dgn memperhatikan dan menjaga adab-adab ketika keluar rumah seperti berhijab dan sebagai dan juga tdk ada fitnah dan kerusakan yg akan timbul saat ia keluar rumah. Adapun bila wanita keluar rumah utk bekerja krn memperhatikan bualan orang2 yg mengikuti hawa nafsu syaithaniyyah bahwasa bila wanita tetap tinggal di rumah ia akan menjadi pengangguran mk hal ini tidaklah dibolehkan oleh syariat yg agung dan sempurna ini. Bila sampai wanita keluar dari rumah krn memenuhi ajakan manis nan berbisa dari pengikut hawa nafsu tersebut mk akan terjadilah kerusakan yg besar di tengah masyarakat dan sendi-sendi keluarga pun akan hancur.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata: “Islam menetapkan masing-masing dari suami istri memiliki kewajiban yg khusus agar kedua dapat menjalankan peran hingga sempurnalah bangunan masyarakat di dlm dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anak memberikan kasih sayang menyusui dan mengasuh mereka serta tugas-tugas lain yg sesuai bagi seperti mengajar anak-anak perempuan mengurusi sekolah mereka merawat dan mengobati mereka dan pekerjaan yg semisal yg khusus bagi wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dlm rumah berarti ia menyia-nyiakan rumah berikut penghuninya. Hal tersebut berdampak terpecah keluarga baik secara hakiki maupun maknawi.”

Arti wanita dlm keluarga
Keberadaan seorang wanita sebagai istri dan ibu dlm keluarga memiliki arti yg sangat penting bahkan bisa dikatakan dia merupakan satu tiang yg menegakkan kehidupan keluarga dan termasuk pemeran utama dlm mencetak “orang2 besar.” Sehingga tepat sekali bila dikatakan: “Di balik tiap orang besar ada seorang wanita yg mengasuh dan mendidiknya.”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: “Perbaikan masyarakat dapat dilakukan dgn dua cara:
Pertama: Perbaikan secara dzahir yg dilakukan di pasar-pasar di masjid-masjid dan selain dari perkara-perkara yg dzahir. Ini didominasi oleh lelaki krn merekalah yg biasa tampil di depan umum.
Kedua: Perbaikan masyarakat yg dilakukan dari balik dinding/ tembok. Perbaikan seperti ini dilakukan di rumah-rumah dan secara umum hal ini diserahkan kepada kaum wanita. Karena wanita adl pengatur dlm rumah sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yg ditujukan ketika itu kepada para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَقَرْنَ فِي بُيُوْتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ إِنَّمَا يُرِيْدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian dan jangan kalian bertabarruj sebagaimana tabarruj orang2 jahiliyyah yg pertama. Tegakkanlah shalat tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah hanyalah berkehendak utk menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan mensucikan kalian dgn sebersih-bersihnya.”
Kami yakin setelah ini bahwasa tdk salah bila kami katakan perbaikan setengah masyarakat itu atau bahkan mayoritas tergantung pada wanita dikarenakan dua sebab berikut ini:
Pertama: Kaum wanita itu jumlah sama dgn kaum lelaki bahkan lbh banyak yakni keturunan Adam mayoritas wanita sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh As-Sunnah An-Nabawiyyah. Akan tetapi hal ini tentu berbeda antara satu negeri dgn negeri lain satu zaman dgn zaman lain. Terkadang di satu negeri jumlah wanita lbh banyak daripada jumlah laki2 dan terkadang di negeri lain justru sebaliknya. Sebagaimana di satu masa kaum wanita lbh banyak daripada laki2 namun di masa lain justru sebalik laki2 lbh dominan. Apapun keadaan wanita memiliki peran yg besar dlm memperbaiki masyarakat.
Kedua: Tumbuh dan berkembang satu generasi pada awal berada dlm asuhan wanita. Dengan ini jelaslah tentang kewajiban wanita dlm memperbaiki masyarakat.”
Bila demikian keadaan apakah bisa diterima ucapan yg mengatakan bahwa wanita yg bekerja dlm rumah berkhidmat pada keluarga adl pengangguran? Manakah yg hakekat lbh utama lbh berhasil dan lbh bahagia wanita yg tinggal di rumah menjaga diri dan kehormatan melayani suami hingga keluarga menjadi keluarga yg sakinah penuh cinta dan kasih sayang dan ia mengasuh anak-anak hingga tumbuh menjadi anak-anak yg berbakti dan berguna bagi masyarakat ataukah seorang wanita yg sibuk mengejar karier di kantor bersaing dgn para lelaki bercampur baur dgn mereka sementara suami dan anak-anak ia serahkan pengurusan kepada orang lain? Manakah yg lbh merasakan ketentraman dan ketenangan?
Hendaklah dipahami oleh para wanita bahwa pekerjaan berkhidmat pada keluarga merupakan satu ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pekerjaan di dlm rumah bukanlah semata-mata gerak tubuh namun pekerjaan itu memiliki ruh yg bisa dirasakan oleh orang yg mengerti tujuan kehidupan dan rahasia terwujud insan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu puasa di bulan Ramadhan ia menjaga kemaluan dan taat kepada suami mk ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja ia inginkan”.
Surga sebagai tempat yg sarat dgn keni’matan yg kekal abadi dapat dimasuki seorang wanita yg menyibukkan diri dgn ibadah kepada Allah menjaga kehormatan diri dan taat kepada suami dan tentu semua ini dilakukan oleh seorang wanita di dlm rumahnya.

Pekerjaan wanita di dlm rumah
Beberapa pekerjaan yg bisa dilakukan wanita di dlm rumah seperti:
Pertama: ibadah kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali utk beribadah kepada-Ku.”
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Ummahatul Mukminin utk berdiam di rumah mereka Allah gandengkan perintah tersebut dgn perintah beribadah.
وَقَرْنَ فِي بُيُوْتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ
“Dan tetaplah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj seperti tabarruj orang2 jahiliyyah yg terdahulu tegaklah shalat tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Dengan menegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ini akan sangat membantu seorang wanita utk melaksanakan peran dlm rumah tangga. Dan dgn ia melaksanakan ibadah disertai kekhusyuan dan ketenangan yg sempurna akan memberi dampak positif kepada orang2 yg ada di dlm rumah baik itu anak-anak ataupun selain mereka.
Kedua: Wanita berperan memberikan sakan bagi suami dan juga bagi rumahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan utk kalian pasangan-pasangan dari diri-diri kalian agar kalian merasakan ketenangan pada dan Dia menjadikan di antara kalian mawaddah dan rahmah…”
Seorang wanita tdk bisa menjadi sakan bagi suami sampai dia memahami hak dan kedudukan suami kemudian ia melaksanakan hak-hak tersebut dlm rangka taat kepada Allah dgn penuh kesenangan dan keridhaan. Seorang wanita perlu mengetahui tentang besar hak suami terhadap sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandai aku boleh memerintahkan seseorang utk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan seorang istri utk sujud kepada suami.”
Ketika suami telah meninggal pun ia diperintah utk menahan diri dari berhias selama 4 bulan 10 hari.
لاَ يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى الْمَيِّتِ فَوْقَ ثَلاثٍ إلا عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا
“Tidak halal bagi seorang wanita yg beriman kepada Allah dan hari akhir utk berihdad atas mayit lbh dari tiga hari kecuali bila yg meninggal itu adl suami mk ia berihdad selama 4 bulan 10 hari.”
Seorang wanita bisa menjadi sakan bagi rumah bila ia menegakkan beberapa hal berikut ini:
1. Taat secara sempurna kepada suami dlm perkara yg bukan maksiat kepada Allah
Taat ini merupakan asas ketenangan krn suami sebagai qawwam tdk akan bisa melaksanakan kepemimpinan tanpa ketaatan. Dan ketaatan kepada suami ini lbh didahulukan daripada melakukan ibadah-ibadah sunnah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يِحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَْنْ تَصُوْمَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
“Tidak boleh seorang wanita puasa sementara suami ada di tempat kecuali setelah mendapatkan izin suaminya.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Larangan ini menunjukkan keharaman demikian diterangkan dgn jelas oleh orang2 dlm madzhab kami.” . Hal ini merupakan pendapat jumhur ulama sebagaimana disebutkan dlm Fathul Bari .
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah juga memberikan alasan dlm hal ini: “Sebab adl suami memiliki hak utk istimta’ dgn si istri sepanjang hari hak dlm hal ini wajib utk segera ditunaikan sehingga jangan sampai hak ini luput ditunaikan krn si istri sedang melakukan ibadah sunnah ataupun ibadah yg wajib namun dapat ditunda.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Hadits ini menunjukkan bahwa lbh ditekankan kepada istri utk memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan yg hukum sunnah krn hak suami itu wajib sementara menunaikan kewajiban lbh didahulukan daripada menunaikan perkara yg sunnah.”
“Wajib bagi wanita/ istri utk taat kepada suami dlm perkara yg ia perintahkan dlm batasan kemampuan krn hal ini termasuk keutamaan yg Allah berikan kepada kaum lelaki di atas kaum wanita sebagaimana dlm ayat:
الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلىَ النِّسَاءِ
“Kaum lelaki itu adl pemimpin bagi kaum wanita.”
dan ayat:
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan bagi kaum lelaki kedudukan satu derajat di atas kaum wanita.”
Hadits-hadits shahih yg ada memperkuat makna ini dan menjelaskan dgn terang apa yg akan diperoleh wanita dari kebaikan ataupun kejelekan bila ia mentaati suami atau mendurhakai demikian dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dlm Adabuz Zifaf hal. 175-176.
2. Mengerjakan pekerjaan rumah yg dibutuhkan dlm kehidupan keluarga seperti memasak menjaga kebersihan mencuci dan semisalnya.
Seorang wanita semesti melakukan tugas-tugas di atas dgn penuh kerelaan dan kelapangan hati dan kesadaran bahwa hal itu merupakan ibadah kepada Allah. Telah lewat teladan dari para sahabat dlm masalah ini. Mungkin kita masih ingat bagaimana kisah Fathimah bintu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg menggiling gandum sendiri utk membuat kue hingga membekaskan kapalan pada kedua tangannya. Ketika akhir ia meminta pembantu kepada ayah utk meringankan pekerjaan mk sang ayah yg mulia memberikan yg lbh baik bagi putri terkasih.
أَلاَ أَدُلُّكُمَا عَلَى خَيْرِ مِمَّا سَأَلْتُمَانِي؟ إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا اللهَ أَرْبَعًا وَثَلاثِيْنَ وَاحْمَدَا ثَلاثًا وَثَلاثِيْنَ وَسَبِّحَا ثَلاثًا وَثلاثِيْنَ فَإِنَّ ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمَا مِمَّا سَأَلْتُمَاهُ
“Maukah aku tunjukkan yg lbh baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu? Bila kalian berdua hendak berbaring di tempat tidur kalian bertakbirlah 34 kali bertahmidlah 33 kali dan bertasbihlah 33 kali. mk yg demikian itu lbh baik bagi kalian daripada apa yg kalian minta.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tdk mengingkari khidmat yg dilakukan putri dgn penuh kepayahan padahal putri adl wanita yg utama dan mulia. Bahkan beliau mengakui khidmat tersebut dan memberi hiburan kepada putri dgn perkara ibadah yg lbh baik daripada seorang pembantu.
3. Menjaga rahasia suami dan kehormatan sehingga menumbuhkan kepercayaan suami secara penuh terhadapnya.
4. Menjaga harta suami.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ نِسَاءِ رَكِبْنَ اْلإِبِل صَالِحُ نِسَاءِ فُرَيْشٍ: أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صَغِيْرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ
“Sebaik-baik wanita penunggang unta wanita Quraisy yg baik adl yg sangat penyayang terhadap anak ketika kecil dan sangat menjaga suami dlm apa yg ada di tangannya.” .
Maksud sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: adl wanita itu sangat menjaga dan memelihara harta suami dgn berbuat amanah dan tdk boros dlm membelanjakannya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan sifat kasih sayang tarbiyah yg baik mengurusi anak-anak menjaga harta suami mengurusi dan mengatur dgn cara yg baik.”
5. Bergaul dgn suami dgn cara yg baik.
Dengan memaafkan kesalahan suami bila ia bersalah membuat ridha ketika ia marah menunjukkan rasa cinta kepada dan penghargaan mengucapkan kata-kata yg baik dan wajah yg selalu penuh senyuman. Juga memperhatikan makanan minuman dan pakaian suami.
6. Mengatur waktu sehingga semua pekerjaan tertunaikan pada waktu menjaga kebersihan dan keteraturan rumah sehingga selalu tampak rapi hingga menyenangkan pandangan suami dan membuat anak-anak pun betah.
7. Jujur terhadap suami dlm segala sesuatu khusus ketika ada sesuatu yg terjadi sementara suami berada di luar rumah. Jauhi sifat dusta krn hal ini akan menghilangkan kepercayaan suami.
Ketiga: mendidik anak-anak
Tugas ini termasuk tugas terpenting seorang wanita di dlm rumah krn dgn memperhatikan pendidikan anak-anak berarti ia mempersiapkan sebuah generasi yg baik dan diridhai oleh Rabbul Alamin. Dan tanggung jawab ini ia tunaikan bersama-sama dgn suami krn tiap mereka adl mas’ul yg akan dita tentang tanggung jawabnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
“Wahai orang2 yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yg bahan bakar adhaah manusia dan batu.”
Keempat: mengerjakan pekerjaan lain di dlm rumah bila ada kelapangan waktu dan kesempatan seperti menjahit pakaian utk keluarga dan selainnya. Dengan cara ini ia bisa berhemat utk keluarga di samping membantu suami menambah penghasilan keluarga.
Apa yg disebutkan di atas dari tugas seorang wanita merupakan tugas yg berat namun akan bisa ditunaikan dgn baik oleh seorang wanita yg shalihah yg membekali diri dgn ilmu agama ditambah bekal pengetahuan yg diperlukan utk mendukung tugas di dlm rumah. Adapun bila wanita itu tdk shalihah jahil lagi bodoh mk di tangan akan tersia-siakan tugas yg mulia tersebut.
Wallahu ta’ala a’lam.

1 Adapun penyebutan bahwa nama ayah kedua wanita tersebut adl Nabi Syu’aib hal ini tdk tsabit . Hal ini diterangkan oleh Ibnu Katisr dlm Tafsir- menukil perkataan Ibnu Jarir: “Yang benar bahwa hal seperti ini tdk dapat diketahui kecuali dgn ada kabar/ atsar dan tdk ada atsar yg dapat menjadi pegangan dlm hal ini.”
2 Yaitu wanita harus tinggal dlm rumah dan melakukan pekerjaan di dlm rumah.

Sumber: www.asysyariah.com
www.myland59.blogspot.com