Jumat, 04 Maret 2011

Cahaya Pencerahan

kata mutiara – kumpulan kata-kata mutiara bijak dan pesan spiritual
kata mutiara – kumpulan kata-kata mutiara bijak dan pesan spiritual

Jalan keselamatan adalah dengan mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya. Allah ta’ala telah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Adapun jalan-jalan selain mereka adalah jalan-jalan yang menyimpang dari kebenaran.

Allah azza wa jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka.”
(QS. At-Tahrim : 6)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang bershalawat untukku sekali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali, diampuni dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.”
(HR. Muslim I/288 no. 384)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Neraka itu dikelilingi oleh berbagai hal yang disukai syahwat, sementara Surga dikelilingi hal-hal yang dibenci syahwat.”
(HR. Bukhari no. 6122)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Cukuplah seorang berdosa bila ia menahan hartanya dari orang yang menjadi tanggungannya.”
(HR. Muslim no. 2359)

dalam riwayat lain disebutkan,

“Seseorang dianggap berdosa jika dia tidak menafkahi orang-orang yang menjadi tanggungannya.”
(HR. Abu Dawud no. 1692)

Dengarkan dan simaklah radio RODJA 756 AM

Imam asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala berkata,
“Barangsiapa yang menganggap baik suatu amalan tanpa dasar dalam syariat (bid’ah hasanah), maka ia telah membuat syariat baru.”
(al-Umm, kitabul Ibtholul Istihsan VII/313-320 dan al-Mankhuul oleh al-Ghazali hlm. 374)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang melakukan suatu penyerupaan terhadap suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.”
(HR. Ahmad II/50, Abu Dawud no. 3512, derajat hadits ini hasan)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ucapan yang baik dan indah (kepada istrimu) adalah sedekah.”
(HR. Bukhari no. 5563)

“Bacalah oleh kalian dua bunga yaitu surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Sebab keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar yang akan membela orang-orang yang senantiasa membacanya.”

dalam riwayat lain,

“Bacalah surat al-Baqarah karena sesungguhnya membacanya adalah barakah dan meninggalkannya a…dalah kerugian serta sihir tidak mampu menghadapinya.”
(HR. Muslim no. 804)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seseorang tidak lagi peduli dengan apa yang dia dapatkan, apakah dari yang halal atau haram.”
(HR. Bukhari no. 2059)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selagi hamba itu senantiasa menolong saudaranya.”
(HR. Muslim XIII/212)

Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Engkau tidak akan pernah sesat selama engkau berpegang pada Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.”
(Al-Ibaanatul Kubra I/353 no. 232)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Bertakwalah kalian kepada Allah dan istiqomahlah, ittiba’ lah (ikutilah Sunnah Rasulullah) dan jangan berbuat bid’ah.”
(Diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah I/214)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Rasulullah berwasiat kepadaku dengan tiga perkara :
1. Berpuasa tiga hari setiap bulan (Hijriyah).
2. Shalat dua raka’at di waktu Dhuha.
3. Dan shalat witir sebelum tidur.”
…(HR. Bukhari no. 1178, Muslim no. 721)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba.”
(HR. Muslim no. 105)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.”
(QS. Ali ‘Imran : 31)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah shaf yang pertama dan sejelek-jelek shaf laki-laki adalah yang terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir serta sejelek-jelek shaf bagi wanita adalah yang pertama.”
(HR. Muslim, Kitabush Shalat no. 440)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.”
(Syarah Ushul I’tiqad I/88 no. 114, al-Ibanah I/320 no. 161)

“Bid’ah adalah penyebab utama perpecahan umat dan permusuhan ditengah-tengah mereka (umat Islam).”

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, semua perkaranya adalah kebaikan, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin, jika dikaruniai kebaikan ia bersyukur itu baik baginya dan jika ia ditimpa musibah keburukan maka ia bersabar dan itu lebih baik baginya….”
(HR. Muslim no. 5318)

Imam asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala berkata,
“Jika kalian mendapati di dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka ikutilah sunnah tersebut dan tinggalkanlah apa yang kukatakan.”
(Siyaru A’laamin Nubalaa’ X/34)

Dari Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu berkata :
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai Sufyan bin Sahl jangan kamu melakukan isbal (yaitu menurunkan kain/celana dibawah mata kaki), sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan demikian.”
(HR. Ibnu Majah no. II/1183 no. 3574, derajat h…adits ini hasan lihatlah Shahih Ibnu Majah no. 2876 dan Ash-Shahihah no. 4004)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”
(HR. Bukhari no. 5885)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya seseorang (orangtua) akan diangkat derajatnya di Surga, maka ia berkata : “Dari manakah balasan ini?’ Dikatakan kepadanya : ‘Itu adalah sebab istighfar anakmu kepadamu.”
(HR. Ahmad II/509)

DO’A KEPADA PENGANTIN.

“Barakallahu laka wa baraka ‘alailka wa jama’a bainakumaa fiy khair.”

artinya :

“Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan memberkahi (pernikahan)mu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”
(HR. Abu Dawud no. 2130, Tirmidzi no. 1091, Ahmad II/381, Ibnu Majah no. 1905, Hakim II/183)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila sudah disia-siakan amanah maka tunggulah kehancurannya.”
sahabat bertanya, ‘Bagaimana disia-siakannya amanah itu ya Rasulullah?’
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya.”
(HR…. Bukhari)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Senyummu yang tertuju kepada wajah saudaramu adalah shadaqah bagimu.”
(HR. Tirmidzi no. 1956. Derajat hadits ini hasan lihatlah Shahih at-Targhib no. 2321)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kamu jadikan rumah-rumah kamu itu sebagai kuburan (yaitu tidak pernah dibacakan al-Qur’an dan shalat sunnah). Sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.”
(HR. Muslim II/188)

“Rasa cinta adalah fithrah bagi manusia, namun jangan kita keliru dalam memahami rasa cinta itu.
Cinta yang suci dan tulus adalah dengan ikatan pernikahan. Adapun cinta yang disalurkan melalui pacaran bisa dipastikan cintanya adalah dusta.”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”
(QS. Al-Isra’ : 31)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih.”
(QS. Ibrahim : 7)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seorang hamba telah menikah berarti ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam menjaga setengahnya lagi.”
(HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Aushat. Derajat hadits ini shahih lihatlah Silsilah ash-Shahihah no. 62…5)

‎”Mengikuti Sunnah adalah jalan keselamatan apabila kita mengikuti jalan-jalan selainnya maka itulah jalan kehancuran.”

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain.”
(HR. Ahmad no. 2862)

=============================================================================

Hendaklah kalian banyak mengingat Allah karena itu adalah obat penyakit hati. Janganlah menggunjing orang lain karena itu hanyalah penyakit. (Umar bin Khattab) – www.salafy.or.id

Terkadang dosa besar bermula dari hal-hal kecil; awalnya memandang, lalu tersenyum, kemudian mengucapkan salam, lalu kenalan, kemudian janjian, lalu berkencan dan akhirnya berzina. Pacaran tapi gak ingin maksiat maka bagaikan berenang tapi gak ingin basah. Barangsiapa bermain api maka dia akan terbakar, siapa yang mena…bur angin maka dia akan menuai badai. Mencegah lebih baik daripada mengobati. (www.rumaysho.com)

Barangsiapa diam saja terhadap kemungkaran di depan matanya maka dia adalah setan bisu, dan siapa yang mengajak orang lain berbuat kemungkaran maka dia adalah setan yang pandai bicara. (www.muslim.or.id)

Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yg menganiaya kamu… Jgnlah km melawan org yg brbuat jahat kpdmu, jika ada yg menampar pipi kananmu maka berikanlah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada yg meminta bajumu serahkan pula jubahmu. Dan siapapun yg memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (matius pasal 5, ayat 44, 39-41)

Jangan kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. (matius 10: 34-36)

Janganlah engkau melibatkan diri dlm hal yg tidak bermanfaat bagimu. Hindarilah musuhmu dan hati-hatilah dalam berteman kecuali dengan orang yang terpercaya. Tidak ada orang yang terpercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. Janganlah berteman dgn orang jahat karena engkau akan terpengaruh menjadi jahat. Dan musyaw…arahkan urusanmu hnya dgn orang-orang yg takut kepada Allah. (Umar bin Khotob)

Barang siapa tidak menyayangi maka tidak akan disayangi. Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang di atas langit akan menyayangimu. (hadits riwayat tirmidzi, www.asysyariah.com )

Mengungkapkan kebenaran dan memperjuangkannya memerlukan kesabaran. Ingatlah, dengan kesabaran itu Tuhan akan mengasihi kita. (Abdurrahman A. Basalamah, 1950-2004)

“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, no. 186)

Sunnah Rasulullah bagaikan perahu nabi Nuh, barangsiapa menaikinya maka dia akan selamat, dan barangsiapa enggan maka dia akan tenggelam. (www.kajian.net)

Majalah-majalah islam di indonesia yg bermanhaj salaf: ASYSYARIAH, AS SUNNAH, AL FURQON, FATAWA, QIBLATI, AL MAWADDAH, ADZ DZAKHIROH, AR RISALAH, SWARAQURAN, ELFATA, SAKINAH NIKAH, AN NASIHAH, JURNAL AKHWAT, dll.

Rasulullah selalu berdoa memohon perlindungan dari takdir yang jelek, bencana kesengsaraan, kejahatan musuh, serta dari cobaan yang sangat berat. (Shahih Muslim no. 4880)

Keutamaan membaca surat al kahfi pada hari jumat shohih haditsnya, sedangkan hadits keutamaan membaca surat yasin pada hari jumat maka tidak shohih. Maka muhamadiyah gak pernah yasinan pd hari jumat, namun membaca surat al kahfi di rumah masing2 scr sendiri2.

Jauhi cinta yg berlebihan & cinta yg dilarang olehNya, sebab itu adalah azab bagi jiwa, & penyakit bagi hati. Kembalilah kpd Allah, kpd mengingatNya, & kpd mentaatiNya. (Kamila Al Ridho)

Urip iku mung sak dermo mampir ngombe. (hidup itu hanya sebentar sekedar mampir minum) – Situs-situs pencerahan jiwa: www.muslim.or.id , www.pengusahamuslim.com , www.rumaysho.com , www.kajian.net , www.alsofwah.or.id , www.ustadzaris.com , www.ustadzkholid.com , www.asysyariah.com , www.gaulislam.com , www.dudung.net

Berharap akan keselamatan namun enggan menempuh jalannya, sungguh bahtera tak kan berlayar di padang pasir. (www.muslimah.or.id)

Dlm beramal/beribadah, niat baik dan ikhlas saja tidak cukup, namun caranya juga harus benar sesuai ajaran rasulullah, tidak boleh mengarang ritual sendiri. Ibaratnya sama dgn mengobati orang sakit, niat baik dan ikhlas saja tidak cukup, namun caranya harus benar sesuai prosedur, jika salah maka bisa2 pasien malah bina…sa karena malpraktek/kecerobohan/kelalaian, dan keluarga pasien gak akan terima. (www.muslim.or.id)

Sesungguhnya sihir, santet, guna-guna, dan kesurupan jin memang benar2 nyata. Siapa yang tidak percaya berarti telah mengingkari Al Quran dan Hadits-hadits shohih. Cara mengatasi semua itu harus dgn metode-metode yg diajarkan rasulullah. Tidak blh minta bantuan dukun/paranormal. (www.ruqyah-online.blogspot.com)

Maksiat akan membutakan hati, jika tidak membutakan maka minimal akan melemahkan pandangan. Jika hati itu buta maka sulit untuk mengenal kebenaran. (Ibnul Qoyim Al Jauziyah, 1290-1350 masehi)

Punya ilmu namun tidak diamalkan bagaikan punya baju namun tidak dipakai, maka tidak bisa melindungi pemiliknya dari panas dan hujan, dari teriknya mentari dan dinginnya angin malam, (www.alsofwah.or.id)

Tempat download buku2 islam dan mp3 rekaman ceramah para ustadz yg sangat bermanfaat, juga ada mp3 murotal Al Quran, dll: www.shirotholmustaqim.wordpress.com , www.islam-download.net , www.kajian.net , www.alqiyamah.wordpress.com

“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah, maka sungguh dia telah kafir atau musyrik” (hadits riwayat ibnu abi hatim). Misalnya: bersumpah demi kehormatan, demi ka’bah, demi muhammad, demi langit dan bumi, dll. (namun kata DEMI dlm bahasa indonesia tidak selalu berarti SUMPAH, bisa juga berarti UNTU…K, dll. Jika bukan sumpah maka boleh)

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (lihat HR. Tirmidzi no. 1987)

Pria yg jarang solat berjamaah di masjid tanpa udzur maka pasti di dlm hatinya terdapat kemunafikan, dan pria yg jarang solat fardhu maka di dlm dirinya terdapat unsur kekafiran. Sedangkan wanita maka lbh baik solat di rumah daripada di masjid. (www.rumaysho.com)

Hidup ini tak akan pernah sunyi dari senang dan susah, suka dan duka, sehat dan sakit, bahagia maupun menderita. Ketahuilah saudara/i ku, tidak ada suatu perkara yang akan menyusahkan kita melebihi kemampuan kita..Semua itu adalah atas izin dan Kuasanya-Nya.. LA YUKALLIFULLAHU NAFSAN ILA WUSNGAHA (Tidaklah Allah membeb…ani manusia kecuali sebatas kemampuannya, albaqarah ayat terakhir)) (Sely Al-Afasy Eb)

“Perjanjian antara kaum muslimin dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir.” (HR. Ahmad dan ahlus sunan dengan sanad yang shahih dari hadits Buraidah radhiyallahu ‘anhu)

Program KB (pembatasan jumlah keturunan hanya 2-3 anak) adalah konspirasi Yahudi dan Amerika dalam rangka menghambat bertambah pesatnya jumlah umat islam. Maka milikilah anak yang banyak dan jangan ber-KB wahai umat islam, kecuali dlm kondisi darurat (www.alsofwah.or.id)

“Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan (mengharap-harap harta), maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya” HR. Bukhari dan Muslim

Sudahkah Anda Membaca Al-Qur’an Hari Ini?..Berapa Ayat yang Anda Baca Hari Ini?..Berapa Ayat yang Anda Pahami Hari Ini?…..Berapa Ayat yang Anda Renungkan Hari Ini?..Sudahkah Anda Mengamalkannya?..Sudahkah Anda Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur’an?.. (www.hatibening.com)

Hidup Terindah Adalah Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur’an.. Tidak Ada Yang Lebih Indah Dari Itu.. Hidup Yang Penuh Kepastian.. Kehidupan Selain Itu Adalah Semu.. Orang Beriman Selalu Rindu Al-Qur’an.. Cinta Allah Berarti Cinta Al-Qur’an.. Dibaca, Dipelajari, Direnungkan dan Diamalkan.. Mari Kembali Ke Al-Qur’an.. (www.hatibening.com)

Barangsiapa diam saja terhadap kemungkaran di depan matanya maka dia adalah setan bisu, dan siapa yang mengajak orang lain berbuat kemungkaran maka dia adalah setan yang pandai bicara. (www.muslim.or.id)

Seorang musuh yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah lebih baik daripada seorang teman akrab yang malah menjauhkan kita dari Allah. AL MAR’U ‘ALA DIINI KHALILI (seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya) -Maka hendaklah perhatikan dgn siapa kalian berteman. (Abul Hasan)

silahkan kunjungi www.kajian.net

kata mutiara – kumpulan kata-kata mutiara bijak dan pesan spiritual
Diposkan oleh FB: ainuamri2@gmail.com di 00:45
Label: agama islam
www.myland59.blogspot.com

Ustsarwat.com

Konsultasi Ustadz Menjawab
judul soal jawaban

All > Hadits (83)
# Cara Menyadarkan Teman yang Inkar-Sunnah
# Penasaran dengan Kelompok Ingkarussunnah
# Apakah Rasulullah Pernah Melarang Penulisan Hadits
# Apakah yang Dimaksud Golongan Ingkarsunnah?
# Realisasi Terjemah Hadits Online
# Bagaimana Kita Memahami Sunnah?
# Hadits Pejabat yang Menerima Hadiah
# Tanpa Nabi Muhammad Dunia Tidak Tercipta?
# Keshahihan Hadits dan Kritik Matan
# Belajar di Waktu Kecil Bagai Mengukir di Atas Batu
# Keshahihan Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
# Kedudukan Hadits Tentang Maulid Nabi
# Adakah Situs Hadits Online?
# Cara Mengetahui Keshohihan Hadits
# Hadis Qudsi
# Kapasitas untuk Mendhoifkan Hadits
# Hadits Bukan Wahyu?
# Tingkatan dan Jenis Hadits
# Shahihkah Semua Hadits Tentang Akhir Zaman
# Benarkah Usia Umat Islam Hanya 1500 Tahun
# Tingkatan Ulama Ahli Syariah
# Hadist Bukhari dan Muslim Pasti Shahih?
# Cara Mencari Sanad dan Matan Dalam Hadist
# Hadits Tidak Boleh Menikahi Sepupu, Shahihkah?
# Tawar Menawar Kewajiban Shalat 5 Waktu
# Menukil Hadist Nabi Tanpa Perawi
# Larangan Nuzulul Qur'an, Maulud Nabi dan Isra Miraj
# Hadits Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina, Adakah?
# Hadits Pahala yang Hilang Karena Diambil Orang
# Hadits Tentang Nisfu Sya'ban dan Dalil-Dalilnya
# Mengapa Fatimah Tidak Pernah Meriwayatkan Hadits?
# Benarkah Hadits Ramadhan Awalnya Rahmat Adalah Hadits Dhaif?
# Hadits Haramnya Bermusuhan Lebih dari Tiga Hari
# Hadits Mencari Ilmu di Waktu Kecil
# Hadits "Islam yang Asing" Vs "Yahudi Dikalahkan"
# Apakah Termasuk yang Mengurangi Timbangan?
# Hadits Tentang Bulan Rajab
# Hadis Terpecahnya Umat Hanya Satu Masuk Surga
# Perbuatan Nabi yang Tidak Harus Diikuti
# Kedudukan Hadits Tentang Perselisihan Umat
# Hadits Kembali dari Jihad Kecil ke Jihad Besar
# Memilih Jamaah yang Mana?
# Khilafiyah, Bukankah Kebenaran Hanya Satu?
# Shalat Tasbih Tidak Ada Dalil Shahihnya, Bid'ahkah?
# Apakah Kutubussittah Sudah Ditakhrij?
# Khilaf Para Ulama
# Arti dan Kedudukan Hadist Shahih terhadap AlQuran
# Ibnu Hajar dan Imam Nawawi Vs Bin Baz Tentang Hukum Isbal
# Pengertian Syubhat dan Perbedaan Dua Hadits
# Kedudukan Hadits Perpecahan Umat Jadi 73 Golongan
# Masalah Shalat Akhwat
# Celana atau Sarung Menutup Sampai Mata Kaki
# Syarat Sebuah Hadits Shahih
# Mengapa Ada Hadits Qudsi, Kan Sudah Ada Al-Quran?
# Bagaimana Seharusnya Menghormati dan Mencintai Rasulullah SAW?
# Bolehkah Laki-Laki Memanjangkan Rambut?
# Makna Hadits "Belum beriman seseorang sehingga aku lebih dicintai..."
# Mengapa Penulisan Hadits Dibolehkan?
# Hadits Tentang Zikir Bersama
# Siapakah Syeikh Albani?
# Hadits yang Mengharamkan Seseorang Berpuasa
# Hadits tentang Tidak Makan Kecuali Lapar
# Cara Menyikapi Hadits yang Berbeda-Beda
# Cukup Menerima Dalil dari Ulama Zaman Dahulu?
# Bagaimana Menentukan Keshahihan Hadits?
# Lebih Baik Menjadi Muslim Miskin atau Kaya?
# Berdoa Harus dengan Lafadz dari Hadis?
# Doa Buka Puasa Allahumma Laka Shumtu..., Bukan Hadits Shahih?
# Situs Penyedia Hadits
# Mengamalkan Hadis Dhaif
# Nabi Akhir Zaman dalam Pandangan Pengingkar Hadits
# Apakah Kita Melaksanakan Hadits Shahih Saja?
# Bagaimana Membedakan antara ijtihad Rasul sebagai Manusia dan Hadits?
# Agama adalah Nasehat
# Minta Fatwa dari Hati, Maksudnya?
# Hanya Menggunakan Al-Quran karena Menganggap Hadits Banyak yang Palsu
# Dasar Penggunaan Hadits
# Apakah Hadits Nabawi = Hadits Qudsi?
# Kedudukan Qaul Shahabi dan Ru'yatun Nabi
# Apakah Takhrij Hadits termasuk Hasil Ijtihad
# Tidak Mengakui Hadits Ahad karena Dianggap Tidak Kuat
# Beda Hadits Qudsi dengan Al-Quran
# Membedakan Hadist Palsu,dhaif Dan Shahih...!?www.myland59.blogspot.com

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Hari Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ

"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. . . . " (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)

Amal Khusus di Hari Jum'at

Pada dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda;

لَا تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

“Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)

Membaca Surat Al-Kahfi

Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.

1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)

2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”

Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”

Kapan Membacanya?

Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).

Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).

DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).

Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)

Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal

Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.

Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93)

Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:

أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)

Penutup

Dari penjelasan-penjelasan di atas, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk memiliki kemauan keras untuk membaca surat Al-Kahfi dan menghafalnya serta mengulang-ulangnya. Khususnya pada hari yang paling baik dan mulia, yaitu hari Jum’at. Wallahu Ta’aa a’lam. [PurWD/voa-islam.com]

Tulisan Terkait:

1. Hukum dan Amalan Khusus di Hari Jum'at

2. Ada Apa di Hari Jum'at?

3. Kesalahan yang Mengurangi Pahala Shalat Jum'at

4. Perbanyaklah Shalawat Pada Hari Jum'at !!

5. Memburu Do'a Musjatab di Hari Jum'at

6. Membaca Surat Al-Kahfi di Malam Jum'at Menurut Kiai NUwww.myland59.blogspot.com

Menjaharkan Dzikir Sesudah Shalat Fardhu Ternyata Sunnah!/Voiceof al Islam

Menjaharkan Dzikir Sesudah Shalat Fardhu Ternyata Sunnah!

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dengan segala limpahan nikmat-nikmat-Nya yang zhahir maupun yang batin. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

Berdzikir sesudah shalat merupakan sunnah yang sudah diamalkan dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Hendaknya kita mengikuti beliau dalam amal ini dan mencontoh bagaimana beliau melaksanakannya.

Sebagian saudara kita (kaum muslimin) ada yang memandang bahwa dzikir sesudah shalat harus lirih, tidak boleh mengeraskannya karena bisa mengganggu orang di sekitarnya yang juga berdzikir atau mengganggu mereka yang sedang menyelesaikan shalatnya. Sehingga ketika ada ikhwan yang mengeraskan suara dzikir diingkari dan dianggap bid’ah. Bagaimana tatacara dzikir sesudah shalat yang sesuai sunnah? Apakah disunnahkan mengeraskannya atau melirihkannya?

Dzikir setelah shalat merupakan ibadah yang sangat disunnahkan dan salah satu kebiasaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau juga melakukannya dengan suara keras. Dalam sahih Bukhari dan Muslim disebutkan pada Bab Dzikir setelah shalat, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata

أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ

“Sesungguhnya mengeraskan suara dzikir ketika orang-orang usai melaksanakan shalat wajib merupakan kebiasaan yang berlaku pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.” Ibnu Abbas menambahkan, ‘Aku mengetahui mereka selesai shalat dengan itu, apabila aku mendengarnya.”

Masih dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:

كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْبِيرِ

“Aku megetahui selesainya shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan takbir.” (HR. al-Bukhari)

Hadits-hadits di atas merupakan dalil tentang sunnahnya menjaharkan (mengeraskan) suara dzikir sesudah shalat. Dan ini menjadi bantahan bagi mereka yang mengingkari dan melarangnya.

Ibnu Huzaiman memasukkan hadits di atas daam kitab Shahih-nya, dan memberinya judul, Bab: Raf’u al-Shaut bi al-Takbiir wa al-Dzikr ‘inda Inqidha’ al-Shalah (Bab: meninggikan (mengeraskan) suara takbir dan dzikir ketika selesai shalat (wajib).. hal ini menunjukkan bahwa beliau memahami bolehnya mengeraskan takbir dan dzikir sesudah shalat.

Ibnu Daqiq al-‘Id, juga menyatakan hal yang sama, “Dalam hadits ini, terdapat dalil bolehnya mengeraskan dzikir setelah shalat, dan takbir secara khusus termasuk dalam kategori dzikir." (Ihkamul Ahkam Syarah Umdatul Ahkam)

Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan, bahwa hadits ini adalah dalil bagi pendapat sebagian ulama salaf bahwa disunnahkan mengeraskan suara takbir dan dzikir sesudah shalat wajib. Dan di antara ulama muta’akhirin yang menyunahkannya adalah Ibnu Hazm al-Zahiri.

Sedangkan Imam al-Syafi’i rahimahullaah, memaknai hadits di atas dengan mengatakan, bahwa beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengeraskan (dzikir sesudah shalat) hanya dalam waktu sementara saja untuk mengajari mereka tentang sifat dzikir, bukan mengeraskan terus menerus. Imam Syafi’i berpendapat agar imam dan makmum melirihkan dzikir kepada Allah Ta’ala sesudah shalat, kecuali kalau imam ingin agar makmum belajar darinya, maka dia mengeraskan dzikirnya sehingga ia melihat makmum telah belajar darinya, lalu melirihkannya. Dan beliau memaknai hadits tersebut dengan ini. (Lihat Syarah Shahih Muslim lin Nawawi).

Berikut ini kami sertakan fatwa-fatwa para ulama tentang dzikir sesudah shalat:

1. Fatwa Syaikh Utsaimin rahimahullaah

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin pernah ditanya tentang hukum menjaharkan dzikir sesudah shalat lima waktu dan bagaimana cara pelaksanaannya?

Beliau menjawab: Bahwa sesungguhnya menjaharkan dzikir sesudah shalat fardhu adalah sunnah. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu menunjukkan sunnah tersebut, bahwa mengeraskan suara dzikir ketika orang-orang selesai melaksanakan shalat fardhu telah ada pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau radhiyallahu 'anhu berkata,

كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ

“Dan aku tahu apabila mereka telah selesai dari shalat dengan itu, (yaitu) apabila aku mendengarnya.” (Hadits ini juga diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud. Hadits ini adalah salah satu dari hadits-hadits dalam al-‘Umdah).

Dalam Shahihain, dari hadits al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu 'anhu berkata, Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca apabila telah selesai shalat:

لَا إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

“Tidak ada tuhan yang hak kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.” Al-hadits. Dia tidak akan mendengar dzikir ini kecuali jika orang yang berdzikir mengeraskannya.

Ibnu Taimiyah, para ulama salaf dan khalaf memilih menjaharkan dzikir sesudah shalat berdasarkan hadits Ibnu Abbas dan al-Mughirah radhiyallahu 'anhum. Dan mengeraskan bacaan dzikir sesudah shalat disyariatkan baik saat membaca tahlil, tasbih, takbir, ataupun tahmid berdasarkan keumuman hadits Ibnu Abbas. Tidak didapatkan keterangan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang membedakan antara tahlil dan selainnya. Bahkan di dalam hadits Ibnu Abbas, mereka mengetahui selesainya shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan takbir. Dengan ini terbantahkan pendapat orang bahwa tidak boleh jahar (keras) dalam membaca tasbih, tahmid, dan takbir.

Ibnu Taimiyah, para ulama salaf dan khalaf memilih menjaharkan dzikir sesudah shalat berdasarkan hadits Ibnu Abbas dan al-Mughirah radhiyallahu 'anhum.

Dan mengeraskan bacaan dzikir sesudah shalat disyariatkan baik saat membaca tahlil, tasbih, takbir, ataupun tahmid berdasarkan keumuman hadits Ibnu Abbas.

Adapun orang yang berkata bahwa menjaharkan bacaan dzikir sesudah shalat adalah bid’ah, sungguh dia telah salah. Bagaimana sesuatu yang biasa dilaksanakan pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam disebut bid’ah?!

Syaikh Sulaiman bin Sahman rahimahullaah berkata, “Hal itu ditetapkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari perbuatan dan taqrirnya. Para sahabat melaksanakan hal itu pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam setelah beliau mengajarkannya kepada mereka. Beliau menyetujui mereka atas hal itu sehingga mereka mengetahuinya dengan pengajaran Rasul shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka. Mereka melaksanakan dan beliau menyetujui mereka di atas perbuatan tersebut setelah mengetahuinya, beliau tidak mencela mereka.”

Adapun alasan mengingkari dzikir jahar dengan firman Allah Ta’ala,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,” (QS. Al-A’raf: 205). Maka kami jawab: Sesungguhnya Dzat yang memerintahkan menyebut nama Rabbnya (dzikir) dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut adalah yang memerinthakan untuk menjaharkan dzikir sesudah shalat wajib. Apakah orang yang tersebut lebih mengetahui maksud Allah Ta’ala daripada Rasul-Nya? Atau ia meyakini bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetahui maksud Allah tapi beliau menyelisihinya. Kemudian ayat yang menyebutkan dzikir pada pagi hari dan sore hari bukan dzikir sesudah shalat lima waktu. Imam Ibnu katsir rahimahullaah dalam tafsirnya memahami makna jahar (keras) di sini dengan terlalu keras (berteriak-teriak).

Adapun yang mengingkari dzikir jahar ini dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Wahai manusia kasihanilah diri kalian, karena kalian tidaklah berdoa kepada Dzat yang tuli…! (sampai akhir hadits)”. Maka bisa dijawab dengan mengatakan: Sesungguhnya orang yang menyabdakan hal itu, dia juga yang dulunya mengeraskan dzikir setelah shalat wajib ini. Itu berarti, tuntunan ini punya tempat sendiri, sedangkan yang itu juga ada tempatnya sendiri. Dan sempurnanya mengikuti sunnah beliau adalah dengan menempatkan semua nash yang ada pada tempatnya masing-masing.

Kemudian ungkapan dalam sabdanya, “Kasihanilah diri kalian,” menunjukkan bahwa para sahabat terlalu meninggikan suaranya sehingga menyukitkan dan memberatkan mereka. Karena sebab inilah beliau bersabda, “Kasihanilah diri kalian.” Maksudnya, berlemahlembutlah terhadap diri kalian dan jangan terlalu membebani diri kalian. Sedangkan menjaharkan dzikir sesudah shalat bukan termasuk kesulitan dan membebani.

Adapun orang yang mengatakan bahwa amalan itu bisa mengganggu orang lain, maka bisa dijawab dengan mengatakan padanya: Jika maksudmu akan mengganggu orang yang tidak biasa dengan hal itu, maka seorang mukmin jika sudah ada kejelasan bahwa hal itu merupakan sunnah, maka hal (gangguan) itu akan hilang (dengan sendirinya). Jika maksudmu akan mengganggu jamaah lain yang masih shalat, maka jika jamaah tidak ada yang masbuq (terlambat) maka mengeraskan suara tersebut tidak akan mengganggu mereka sebagaimana fakta lapangan, karena mereka sama-sama mengeraskan dzikirnya. Jika ada yang masbuq dan sedang menyelasikan shalatnya, jika ia dekat denganmu sehingga bisa mengganggunya, maka jangan keraskan suara dzikir dengan tingkatan suara yang bisa mengganggunya, agar kamu tidak mengganggu shalatnya. Sedang jika ia jauh darimu, maka ia tak akan terganggu oleh suara keras dzikirmu yang keras.

Berdasarkan keterangan yang kami sebutkan, menjadi jelas bahwa mengeraskan dzikir setelah shalat wajib adalah sunnah. Hal itu sama sekali tidak bertentangan dengan nash yang shahih maupun dengan penalaran yang jelas. Saya memohon kepada Allah Ta’ala agar menganugerahkan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih kepada kita semua. sesungguhnya Dia itu maha dekat lagi maha mengabulkan doa. (Fatawa wa Rasail Ibni Utaimin, jilid 13)

Adapun orang yang berkata bahwa menjaharkan bacaan dzikir sesudah shalat adalah bid’ah, sungguh dia telah salah. Bagaimana sesuatu yang biasa dilaksanakan pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam disebut bid’ah?! (Syaikh Utsaimin)

Fatwa Syaikh Ibnu Bazz

Al-‘Allamah Ibnu Bazz pernah ditanya tentang sunnah dzikir sesudah shalat, mana yang sesuai sunnah, mengeraskan dzikir atau melirihkannya?

Beliau menjawab: Yang sunnah adalah menjaharkan dzikir sesudah shalat lima waktu dan sesudah shalat Jum’at ba’da salam. Hal itu didasarkan hadits dalam Shahihain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa mengeraskan suara dzikir sesudah manusia selesai melaksanakan shalat wajib sudah ada pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ibnu Abbas berkata, “Aku mengetahui kalau mereka sudah selesai shalat apabila aku mendengarnya.” (Kumpulan pertanyaan yang ditujukan kepada Syaikh Ibnu Bazz oleh Muhammad al-Syayi’)

Dalam Jawaban lain, beliau berkata: “Telah disebutkan dalam kitab shahihain, dari riwayatnya Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, “Sesungguhnya mengeraskan dzikir saat selesai dari shalat wajib, itu telah ada di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam“. Ibnu Abbas juga mengatakan: “Aku tahu selesainya shalat mereka itu, saat aku mendengar (suara dzikir) itu.”

Hadits shahih ini dan hadits-hadits semakna lainnya yang berasal dari hadits Ibnu Zubair, dan Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu 'anhuma dan lainnya, semuanya menunjukkan disyariatkannya mengeraskan dzikir ketika orang-orang selesai shalat wajib, yang kira-kira sampai terdengar oleh orang-orang yang berada di pintu-pintu dan di sekitar masjid, sehingga mereka tahu selesainya shalat (jama’ah) dengan (kerasnya suara dzikir) itu. (Tapi) bagi orang yang didekatnya ada orang lain yang sedang menyelesaikan shalatnya, maka sebaiknya ia memelankan sedikit suaranya, agar tidak mengganggu mereka, karena adanya dalil-dalil lain yang menerangkan hal itu. Dalam tuntunan mengeraskan dzikir ketika para jamaah selesai shalat wajib ini, ada banyak manfaat, diantaranya: 1. Menampakkan pujian kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan mereka kenikmatan bisa menjalankan kewajiban yang agung ini. 2. Dan (Sebagai sarana untuk) mengajari orang yang jahil dan mengingatkan orang yang lupa. Jika saja tidak ada hal itu, tentunya sunnah ini akan jadi samar bagi banyak orang. Wallahu waliyyut taufiq.

Yang sunnah adalah menjaharkan dzikir sesudah shalat lima waktu dan sesudah shalat Jum’at ba’da salam. (Syaikh Ibnu Bazz)

Syaikh Shalih al-Fauzan

Beliau ditanya tentang menjaharkan doa dan dzikir secara umum, dan sesudah shalat secara khusus? Apakah doa dan dzikir itu dengan keras, lirih, atau di antara keduanya?

Beliau menjawab, “Doa yang dicontohkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang disyari’atkan, seseorang diberi pilihan antara menjaharkannya atau melirihkannya. Allah Ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (QS. Al-a’raf: 55) Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui yang lirih dan tersembunyi. Engkau boleh berdoa dengan keras dan lirih, kecuali apabila menjaharkannya bisa mengganggu orang disekitarmu; yang tidur, shalat, atau yang sedang membaca Al-Qur’an al-Karim, maka engkau harus melirihkan suaramu. Atau apabila kamu takut tumbuh riya’ dan sum’ah dalam dirimu, maka engkau lirihkan suaramu dalam berdoa, karena hal ini lebih bisa menjadikan ikhlas.

Perlu diperhatikan, bahwa mengeraskan di sini bukan dengan suara bersama-sama (koor), sebagaimana yang dilakukan sebagian orang. Setiap orang berdoa untuk dirinya dengan lirih dan keras. Adapun berdoa dengan berjama’ah (bersama-sama), maka termasuk bid’ah.

Sedangkan dzikir sesudah shalat, maka yang sunnah adalah menjaharkannya sesuai dengan hadits-hadits shahih yang menyebutkan bahwa para sahabat menjaharkan dzikir sesudah shalat; tahlil dan ihtighfar sesudah salam sebanyak tiga kali, lalu membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

sampai akhir dari dzikir-dzikir yang dicontohkan, maka membacanya dengan keras. Tapi dengan sendiri-sendiri, bukan dengan berjamaah (bersama-sama) sebagaimana yang kami sebutkan di awal. Dzikir berjama’ah ini termasuk perkara bid’ah (yang diada-adakan). Setiap orang berdzikir sendiri-sendiri dan mengeraskannya sesudah shalat.” (al-Muntaqa’ min Fatawa al-Fauzan: Juz 3).

Sedangkan dzikir sesudah shalat, maka yang sunnah adalah menjaharkannya sesuai dengan hadits-hadits shahih . . . (Syaikh Shalih Fauzan)

Fatwa Lajnah Daimah

Disyariatkan untuk mengeraskan dzikir setelah shalat wajib, karena adanya keterangan yang shahih dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, (ia mengatakan): “Sesungguhnya mengeraskan dzikir saat selesai dari shalat wajib, itu telah ada di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam “. Ibnu Abbas juga mengatakan: “Aku tahu selesainya shalat mereka itu, saat ku dengar (suara dzikir) itu”.

(Mengeraskan dzikir setelah shalat wajib tetap disunnahkan), meski ada orang-orang yang masih menyelesaikan shalatnya, baik mereka itu (menyelesaikan shalatnya secara) sendiri-sendiri atau dengan berjama’ah. Dan hal itu (yakni mengeraskan dzikir) disyariatkan pada semua shalat wajib yang lima waktu.

Adapun mengeraskan doa dan membaca Al-Qur’an secara jama’i (bersama-sama), maka hal ini tidak pernah ada tuntunannya dari Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, maupun dari para sahabat beliau. (Oleh karena itu), perbuatan itu termasuk bid’ah.

Adapun jika ia berdoa untuk dirinya sendiri, atau membaca Quran sendiri dengan suara tinggi, maka hal itu tidak mengapa, asal tidak mengganggu orang lain.”

Penutup

Dari hadits dan penjelasan ulama di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengeraskan bacaan dzikir sesudah shalat wajib adalah sunnah. Ini merupakan petunjuk yang dzahir dan sharih dari teks hadits dalam Shahihain. Walaupun ada pendapat sebagian ulama –seperti imam Syafi’i, Imam Nawawi dan Syaikh Al-Albani- yang melarang menjaharkannya dan membawa makna hadits di atas sebagai pengajaran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada para sahabatnya, jadi dilaksanakan hanya temporar dan tidak terus menerus. Jika tidak ada tujuan seperti itu maka dianjurkan untuk melirihkannya.

Pendapat yang menganjurkan untuk mengeraskan dzikir sesudah shalat sesuai dengan dzahir hadits. Maka, sebagaimana kaidah Ushul Fiqih bahwa makna dzahir harus lebih didahulukan dan diamalkan sehingga ada dalil kuat lainnya yang me-nasakh-nya, atau men-takhshish-nya atau men-takwil-nya. Dan tidak didapatkan adanya dalil kuat yang menerangkan, bahwa dikeraskannya dzikir setelah shalat wajib itu hanya untuk sementara waktu saja. Wallahu Ta’ala a’lam.

[PurWD/voa-islam.com]

Tulisan Terkait:

1. Mendudukkan Hukum Bersalaman Sesudah Shalat

2. Pahami Bacaan Shalatmu, Semoga Mendapat Kekhusyu'an

3. Menjaharkan Dzikir Sesudah Shalat Fardhu Ternyata Sunnah!www.myland59.blogspot.com

Belajar Ngaji Islam

Posts Tagged ‘Jangan Khianati Amanah’
Jangan Khianati Amanah
Thursday, February 26th, 2009


Suatu hari.dalam perjalanan pulang dari sebuah pertempuran. Rosulullah SWT bersama pasukan beristirahat di suatu tempat.Tidak ada tempat untuk berlindung dari sengatan terik matahari.Hamparan padang pasir membuat panasnya kian menjadi-jadi. para sahabat tidak tahan melihat Rasul mereka terbakar matahari. Beberapa sahabt berinisiatif memayungi Rasululah. Tapi. Lagi-lagi tak ada yang bisa mereka gunakan untuk payung.

Akhirnya mereka mengambil selembar kulit kambing yang sudah di keringkan. Kulit kambing itu sendiri merupakan ghanimah {rampasan perang} yang belum di bagikan, Karenanya, Tidak ada seorangpun yang berhak menggunakannya. Melihat tindakan baik para sahabatnya, Rosulullah justru tidak mau di payungi. Beliau lantas berkata, “Relakan kalian jika nabi kalian bernaung di bawah api
neraka?”

Maksud dari perkataan Rosullullah tersebut,beliau tidakrela di payungi dengan kulit kambing yang statusnya masih rampasan perang yang belum di bagi. Sehingga belum jelas pemiliknya. Dalam ajaran islam, mengambil atau menggunakan harta rampasan perang merupakan tindakan dosa {ghulul}. ketakutan Rosulullah SAW merupakan cerminan dari penghayatannya atas firman Allah,
”Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu. maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinya itu,Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan, dengan pembalasan yang setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. “{QS.Ali Imran;161}

Kisah Rasulullah di atas menegaskan betapa pentingnya amanat. Amanat tidak saja berkaitan dengan hak-hak orang lain, Tapi juga dengan ancaman siksa diakhirat bagi siapa yang melanggarnya.Amanah memiliki pengertian yang amat luas di dalam islam. tidak sekedar berkaitan dengan soal titip-menitip,atau pinjam-meminjam. tapi lebih dari itu, inti amanah adalah kesadaran akan segala kewajiban yang di bebankan di atas pundaknya. menunaikannya dengan keyakinan bahwa ia akan di minta pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.

Menjadi bendahara harus amanah. jangan mengambil uang yang bukan haknya. menjadi guru harus amanah, jangan mengajarkan yang tidak benar kepada murid. menjadi karyawan harus amanah, jangan hanya menuntut hak tanpa menunaikan kewajiban. menjadi gubernur, Wali Kota,Bupati, Camat, Lurah,Mentri, Politisi,apa lagi menjadi Presiden. harus amanah jangan seenaknya menggunakan kekuasan untuk tujuan pribadi. dalam kisah di atas, kalau Rosullulah mau, maka ia bisa memerintahkan anak buahnya memayunginya. tapi itu tidak dilakukan.bahkan di payungipun menolak.

Bagaimana dengan para penguasa kita. pejabat kita, yang dengan seenaknya memakan uang rakyat? Berkolusi dengan para penguasa untuk membesarkan perut mereka? amanah yang mereka emban berkaitan dengan urusan ribuan, bahkan jutaan orang. maka para pengusaha dan pejabat yang tidak amanah tersebut dosanya bisa jadi lebih banyak. karena tidak hanya satu dua orang yang dizalimi,tapi ratusan ribu.

Islam mewajibkan kepada umatnya agar bersipat amanah, sebagai mana firman Allah SWT.”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu sekalian mengkhianati Allah dan Rosul Nya dan jangan pula mengkhianati amanah -amanah yang di percayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.”{QS.Al-Anfal: 27} Amanah juga menjadi salah satu pilar keselamatan dan kemenangan bagi orang-orang, “Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah {yang dipikulnya} dan janjinya.” {QS.Al mukmin:8}

Rosulullah saw pun menegaskan pentingnya amanah dalam beberapa haditsnya, seperti di katakan Anas bin malik, tidaklah Rosulullah saw berkhutbah melainkan berkata, “Tidak sempurna iman orang yang tidak menjaga amanah.”{HR Ahmad}. Dalam hadits lain rosulullah menyebut khianat {tidak memegang teguh amanah} sebagai salah satu sifat orang munafik. {Muttafak ‘alaihi}.sementara Maimun bin Mahram berkata, “Terbunuh di jalan Allah merupakan penghapus segala dosa, selain dosa {pelanggaran|} amanah.”

Untuk dapat menjalankan amanah, ada beberapa hal yang harus di lakukan. Pertama, menempatkan orang pada tempat yang layak untuknya. Adalah khianat jika seseorang memberikan jabatan kepada orang yang tidak memiliki kapasitas untuk jabatan tersebut. Rosulullah bersabda,”Jika suatu urusan di serahkan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya.”{HR. Bukhari} Abu dzar, pernah berkata kepada Rosulullah saw, “Wahai rosulullah tidakkah engkau mengangkatku sebagai pejabat?” Maka, Rosulullah saw menepuk pundaknya seraya bersabda, “wahai abu Dzar, engkau orang yang lemah, sedangkan kepimpinan itu amanah. ia akan menyababkan kehinaan dan penyasalan di hari kiamat, kecuali bagi orang yang menerimanya dengan cara yang haq dan menjalankannya dengan haq pula.”{HR.muslim}

Kemampuan ilmiah dan amaliah bukanlah jaminan keshalihan jiwa. Betapa banyak orang yang tutur kata dan prilakunya menjadi pujian orang, namun tidak memiliki kemampuan yang mendukung untuk menyukseskan tugas-tugas yang di embannya. Karenanya, ketika Nabi Yusuf as mencalonkan diri menjadi bendahara Mesir, beliau tidak hanya mengandalkan keshalihan dan ketakqwaan saja. sifat yang beliau ajukan kepada Raja Mesir, waktu itu adalah kemampuannya menjaga harta negara dan wawasannya yang luas dalam mengatur kekayaan negara. Allah SWT melukiskan hal ini dalam firman-nya. Jadikanlah aku bendaharawan negeri {mesir}.sesungguhnya aku orang yang mampu menjaga dan berpengetahuan.”{QS. yusuf 55}.

Kedua, bagi orang yang telah mendapatkan amanah, harus menjalankan dengan sebaik-baiknya. Atau dalam bahasa haditsnya Itqan dan Ihsan. Jangan justru sebaliknya, amanah yang diembannya malah menyengsarakan orang lain. Nabi Ibrahim As diuji Allah SWT karena menjalankan segala tugas dan kewajiban yang di berikan Allah kepadanya secara tuntas. “dan,ketika Allah menguji ibrahim dengan beberapa kalimat {perintah dan larangan}. ia mentaatinya dengan sempurna. ” {QS Al-baqarah:124}.

Ketiga, bahwa semua yang kita miliki dalam hidup ini adalah titipan. jasad, akal, pancaindra, harta,anak, jabatan, dan lain sebagainya, adalah amanah titipan Allah. semuanya harus digunakan di jalan yang diridhai Allah ketika kenikmatan-kenikmatan itu hadir pada diri kita, kita harus menyadarinya bahwa itu adalah amanah dan titipan dari Allah SWT.

Selain titipan Allah,kita juga harus menjaga titipan orang lain. Dalam bentuk barang, pinjaman, penjanjiaan, atau kesepakatan-kesepakatan lainnya. Dalam situasi genting pada malam hijrah, rosulullah masih menyempatkan diri untuk berpesan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra agar mengembalikan barang-barang milik orang kafir Quraisy.

saat ini sifat amanah memang seperti “barang langka”. Tapi bukan berarti kita harus hanyut dalam pusaran orang-orang yang suka melanggar amanah. justru karena langkanya, orang yang memilikinya adalah orang yang luar biasa.
Wallahu a’lam bishawab.

Roni s

Tags: Jangan Khianati Amanah
Posted in Uncategorized | No Comments »
www.myland59.blogspot.com