Selasa, 30 April 2013

Halal dan Haram By felixsiauw

1. banyak salah paham salah kaprah Muslim | bahwa halal-haram itu hanya masalah makanan-minuman saja

2. padahal dalam Al-Qur'an Allah menyampaikan bahwa perkara halal-haram itu | bisa terjadi pada benda dan juga pada perbuatan (amal)

3. dalam surah Al-Maaidah misalnya diterangkan benda (makanan) yang haram | seperti bangkai, darah dan daging babi

4. dalam surah Al-Mumtahanah misalnya diterangkan perbuatan (amal) yang haram | yaitu seorang Muslimah bersuamikan non-Muslim (kafir)

5. jadi halal-haram itu bukan hanya berlaku pada apa yang dimakan | tapi bisa juga berlaku atas apa yang diamalkan

6. maka apakah babi itu dimakan, atau dijadikan pakaian | itu hukumnya sama saja haramnya | karena keharaman babi itu mutlak

7. suatu hari Rasul pernah bercerita | tentang seseorang yang terus-menerus berdoa namun tidak dikabulkan Allah | Nabi saw bersabda:

8. "makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia diberi makan dari yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?" (HR Muslim)

9. Allah berfirman | وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ | "dan pakaianmu maka sucikanlah" (QS 74:4) | jelas ini perintah untuk menyucikan pakaian

10. karena shalat yang diterima salah satu syaratnya adalah suci dari najis | lha bagaimana ceritanya bila pakaian kita malah najis?

11. atau malah kita belum bersuci dari najis yang kita kenakan lalu kita shalat? | bukankah ini termasuk hal yang menyepelekan shalat?

12. lalu bagaimana bila kulit babinya sudah disamak? | bukankah Al-Qur'an mengatakan kulit suci bila sudah disamak?

13. Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, menyampaikan pendapat Syafi'i tentang halal-haramnya kulit yang disamak ini

14. "Imam Syafii berpendapat kulit yang jadi suci dengan disamak adl semua kulit bangkai binatang, kecuali anjing, babi, dan spesiesnya"

15. "Bahwa Rasulullah saw melarang memakai kulit binatang buas dan menungganginya" (HR. An-Nasai)

16. bila binatang buas yang kulitnya disamak pun haram | apalagi binatang yang memang haram lalu disamak? | sama haramnya

17. "untuk apa Allah menciptakan babi kalau diharamkan, kan semua ciptaan past ada manfaatnya" | yang begini tanya yg menyesatkan

18. kalau Allah sudah mengharamkan, tugas kita ya menaati | bukan mengajukan pertanyaan seolah-olah kita lebih paham dari Allah

19. Allah berfirman doi QS 2: 216, perhatikan | "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,.."

20. "dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS 2: 216)

21. jadi jelas ya :) | saat Allah sudah menentukan, tugas akal kita adalah memahami dalil | bukan mengarang dalil :D

22. perhatikan makanan, minuman, dan perbuatan kita | pastikan halal dan jauh dari haram | mudah-mudahan jadi sebab diterimanya doa :)

23. yang jaga diri dari yang haram aja tetep dipaksa dan sulit mengelak dari yang haram | apalagi yang nge-gampangin haram | haduh!

24. after all, hidup adalah pilihan | mau beralasan masih pake sepatu kulit babi dan pakaian haram lain, monggo | penjelasan udah sampai :)

25. semoga Allah karuniakan kelembutan hati menerima kebenaran | dan kekuatan diri melangkah di jalan yang halal :D | semoga manfaat :

Minggu, 14 April 2013

OBAT JANTUNG/BISOPROLOL FURMARATE


20 mg) bisoprolol fumarate juga menghambat adrenoreseptor p2 yang terutama terdapat pada otot-otot bronkus dan pembuluh darah; untuk mempertahankan selektivitasnya, penting untuk menggunakan dosis efektif terendah.


Farmakodinamik :

Mekanisme kerja antihipertensi dari bisoprolol belum seluruhnya diketahui. Faktor-faktor yang terlibat adalah :
1.
Penurunan curah jantung
2.
Penghambatan pelepasan renin oleh ginjal.
3.
Pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada otak.


Pada orang sehat, pengobatan dengan bisoprolol menurunkan kejadian takikardia yang diinduksi oleh aktivitas fisik dan isoproterenol. Efek maksimum terjadi dalam waktu 1-4 jam setelah pemakaian. Efek tersebut menetap selama 24 jam pada dosis >5 mg. Penelitian secara elektrofisiologi pada manusia menunjukkan bahwa bisoprolol secara signifikan mengurangi frekuensi denyut jantung, meningkatkan waktu pemulihan sinus node, memperpanjang periode refrakter AV node dan dengan stimulasi atrial yang cepat, memperpanjang konduksi/W node. Bisoprolol juga dapat diberikan bersamaan dengan diuretik tiazid. Hidroklorotiazid dosis rendah (6,25 mg) digunakan bersamaan dengan bisoprolol fumarate untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan sampai sedang.


Farmakokinetik :

Bioavailabilitas dosis oral 10 mg adalah sekitar 80%. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Metabolisme lintas pertama bisoprolol fumarate sekitar 20%. Ikatan dengan protein serum sekitar 30%. Konsentrasi puncak plasma pada dosis 5-20 mg terjadi dalam 2-4 jam, dan nilai puncak rata-rata berkisar dari 16 ng/ml pada 5 mg hingga 70 ng/ml pada 20 mg. Pemberian bisoprolol fumarate sekali sehari memperlihatkan adanya variasi kadar plasma puncak intersubyek kurang dari dua kali lipat. Waktu paruh eliminasi plasma adalah 9-12 jam dan sedikit lebih lama pada penderita usia lanjut, hal ini disebabkan menurunnya fungsi ginjal. Steady state dicapai dalam 5 hari, pada dosis sekali sehari. Akumulasi plasmanya rendah pada penderita usia muda dan tua; faktor akumulasi berkisar antara 1,1 sampai 1,3, sesuai dengan yang diharapkan dari kinetik urutan pertama dan pemberian sekali sehari. Konsentrasi plasma pada dosis 5-20 mg adalah proposional. Karakteristik farmakokinetik dari kedua enansiomer adalah serupa.Bisoprolol fumarate dieliminasi melalui ginjal dan bukan ginjal, sekitar 50% dari dosis, tetap dalam bentuk utuh di urin dan sisanya dalam bentuk metabolit tidak aktif. Kurang dari 2% diekskresikan melalui feses. Bisoprolol fumarate tidak dimetabolisme oleh sitokrom P450 II D6 {debrisokuin hidroksiiase). Pada subyek dengan bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit, waktu paruh plasma meningkat kira-kira 3 kali lipat dari orang sehat. Pada penderita sirosis hati, eliminasi bisoprolol fumarate lebih bervariasi dalam hal kecepatan dan secara signifikan lebih lambat dari orang sehat, dengan waktu paruh plasma berkisar antara 8,3 hingga 21,7 jam.


Indikasi :

Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan antihipertensi lain.


Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap bisoprolol fumarate.
- Bisoprolol dikontraindikasikan pada penderita cardiogenic shock, kelainan jantung, AV block tingkat II atau III, bradikardia sinus.


Dosis :

Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mq sekali sehari pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosis awal 2,5 mg sekali sehari.



Efek samping :
- Sistim saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia, ansietas, konsentrasi berkurang.
- Sistem saraf otonom: mulut kering.
- Kardiovaskular : bradikardia, palpitasi dan gangguan irama lainnya, cold extremities, klaudikasi, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
- Psikiatrik : insomnia, depresi. Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan irama lainnya, cold extremities, klaudikasi, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
- Psikiatrik: insomnia, depresi.
- Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia, mual, muntah, diare, konstipasi.
- Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot, tremor.
- Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerahan, berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoiiatif, vaskulitis kutaneus.
- Khusus: gangguan visual, sakit mata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
- Metabolik: penyakit gout.
- Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis.
- Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi, penyakit Peyronie, sistitis, kolik ginjal.
- Hematologi: purpura.
- Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri dada, peningkatan berat badan.


Peringatan dan perhatian :
- Hati-hati bila diberikan pada penderita kelainan ginjai dan hati.
- Obat-obat golongan beta bloker sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan jantung.
- Pada penderita bronkospastik sebaiknya tidak diberikan obat-obatan golongan beta bloker karena sifat selektivitas beta-1 yang relatif, tetapi bisoprolol dapat digunakan secara hati-hati pada penderita bronkospastik yang tidak menunjukkan respon atau tidak toleran terhadap pengobatan antihipertensi lain.
- Beta bloker dapat menutupi beberapa bentuk hipoglikemia khususnya takikardia. Oleh karena itu penderita hipoglikemia atau diabetes yang mendapat insulin atau obat-obatan hipoglikemik harus hati-hati, begitu juga dengan penggunaan bisoprolol fumarate.


Interaksi obat :
- Bisoprolol sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta bloker.
- Bisoprolol sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan obat-obat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AVseperti kalsium antagonis [khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin (diltiazem)] atau obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
- Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit bisoprolol.


a href="www.myland59.blogspot.com">www.myland59.blogspot.com

Rabu, 10 April 2013

Ketika Bulan Terbelah - Tafsir Surat Al Qomar (54) ayat 1



Terbelahnya bulan dalam Al Qur'an dan Hadits

Ada sebuah ayat di dalam al Qur'an yang menyatakan bahwa bulan [pernah/akan] terbelah ketika jaman telah mendekati kiamat. Sengaja kata pernah dan akan saya beri kurung karena ada beberapa penafsiran tentang ayat ini. Selengkapnya arti ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. (QS Al Qomar (54): 1)
Dalam catatan kaki dari terjemahan al Qur'an Departemen Agama RI, ditulis: Yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat Nabi Muhammad SAW.

Memang ada hadits yang meriwayatkan peristiwa terbelahnya bulan di masa Nabi saw. masih di Mekah. Hal ini terjadi ketika kaum musyrikin 'menantang' Nabi untuk menunjukkan bukti kenabiannya dengan meminta membelah bulan.

Berikut adalah beberapa di antaranya: (Terima kasih kepada seorang pembaca yang menunjukkannya)

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda: Saksikanlah oleh kalian. (Shahih Muslim No.5010)
Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah saw. untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah saw. memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. (Shahih Muslim No.5013)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: Sesungguhnya bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.5015)

Klaim gambar bukti bulan terbelah di internet
Sejak cukup lama, telah beredar melalui internet sebuah gambar permukaan bulan yang diklaim sebagai bukti pernah terbelahnya bulan sekaligus bukti 'kebenaran' ayat di atas. Gambar aslinya dapat dilihat pada situs Badan Antariksa Amerika (NASA).> Lihat

Di sana terlihat sebuah ngarai (semacam kanal kering) besar yang lurus membentang, dan mengesankan sebuah bekas patahan atau belahan yang tersambung kembali. Tetapi, jika kita bersedia membaca lebih jauh keterangan dari NASA mengenai gambar tersebut, orang akan berpikir ulang untuk menyatakan bahwa ngarai tersebut merupakan bekas terbelahnya bulan.

Beberapa fakta tentang bentukan alam di bulan tersebut:
Ilmuwan menyebutnya sebagai RILLE atau RIMA. Meskipun ada banyak spekulasi tentang asal muasal kejadiannya, tetapi pendapat terkuat menyatakan bahwa ia merupakan bekas kanal atau saluran lava yang keluar dari perut bulan di masa lampau. Khusus yang berbentuk lurus seperti Rille Ariadaeus ini, diduga merupakan patahan tanah yang turun di antara 2 sesar kerak bulan yang sejajar.(Lihat Bagan)
Rille mempunyai berbagai macam bentuk. Lurus dan panjang seperti gambar di atas adalah salah satunya. Sisanya ada yang seperti aliran sungai sebagaimana di bumi (Lihat). Mereka ditemukan di hampir semua titik di permukaan bulan. (contoh)
Rille tidaklah sepanjang yang diperkirakan. Meskipun ada yang mencapai ratusan kilometer ,tetapi tidak ditemukan Rille yang mengelilingi seluruh permukaan bulan. Jika bulan pernah terbelah dua dan Rille tersebut adalah bukti bekas belahannya, tentunya kita bisa harapkan bahwa Rille tersebut membentuk garis yang mengelilingi bulan.
Rille pada gambar di atas seolah membelah bulan karena sudut pengambilan gambarnya. Panjangnya hanya sekitar 300 km atau 1/36 dari 10.921 km keliling permukaan bulan. (lihat tampak atas)


Kesimpulan
Jadi, tidak tepat menjadikan gambar di atas sebagai bukti bahwa bulan pernah terbelah.

Bagi kita, yang mengimani Allah, ayat tersebut harus dipercayai. Ditambah lagi ada hadits shahih yang menyatakan memang demikian. Jikalau belum ada bukti yang kita inginkan, tidak seharusnya kita mengurangi keimanan. Allah Maha Kuasa untuk membelah bulan. Dan Ia pun kuasa untuk menyatukannya kembali, dengan atau tanpa bekas. Semuanya mudah bagi Allah.
www.myland59.blogspot.com

Asal Mula Alam Semesta - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an


Gambar 10.

Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50)
Gambar 11. Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.)
Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan 11)

Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)

Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)

Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."



www.myland59.blogspot.com

Senin, 08 April 2013

Kisah Lelaki Sejati



by Tazkiah an Nafs on Tuesday, 04 January 2011 at 08:41

Kisah ini terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab ra. Ada seorang pemuda kaya hendak pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Dia mempersiapkan segala perbekalannya, termasuk unta yang akan digunakan sebagai kendaraannya. Setelah semua dirasa siap, diapun memulai perjalanannya.



Ditengah perjalanan, dia menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi rumput hijau nan segar. Dia berhenti di tempat itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu duduk dibawah pohon. Akhirnya, dia terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.



Saat dia tidur, tali untanya lepas, sehingga unta itu pergi kesana kemari. Akhirnya unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat situ. Unta itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalam kebun. Dia juga merusak segala yang dilewatinya.





Penjaga kebun itu adalah seorang kakek yang sudah tua. Sang kakek berusaha mengusir unta itu. Namun dia tidak bisa. Karena khawatir unta itu akan merusak seluruh kebunnya, lalu sang kakek membunuhnya.

Ketika bangun, pemuda itu mencari untanya. Ternyata, dia menemukan unta itu telah tergeletak mati dengan leher menganga di dalam kebun. Pada saat itu seorang kakek datang.



Pemuda itu bertanya, ”Siapa yang membunuh unta ini?”



Kakek itu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. Karena kuatir akan merusak seluruh isi kebun, terpaksa dia membunuhnya.



Mendengar hal itu, sang pemuda sangat marah hingga tak terkendalikan. Serta merta dia memukul kakek penjaga kebun itu. Naasnya, kakek itu meninggal seketika. Pemuda itu menyesal atas apa yang diperbuatnya. Dia berniat kabur.



Saat itu, datanglah dua orang anak sang kakek tadi. Mengetahui ayahnya telah tergeletak tidak bernyawa dan disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya.





Kemudian, keduanya membawa pemuda itu untuk menghadap Amirul Mukminin; Khalifah Uman bin Khattab ra. Mereka berdua menuntut dilaksanakan qishash kepada pemuda yang telah membunuh ayah mereka.

Lalu, Umar bertanya kepada pemuda itu. Pemuda itu mengakui pebuatannya. Dia benar-benar menyesal atas apa yang dilakukannya.



Umar berkata, ”Aku tidak punya pilihan lain kecuali melaksanakan hukum Allah.”



Seketika itu, sang pemuda meminta kepada Umar, agar dia diberi waktu dua hari untuk pergi ke kampungnya, sehingga dia bisa membayar hutang-hutangnya.



Umar bin Khattab berkata, ”Hadirkan padaku orang yang menjamin, bahwa kau akan kembali lagi kesini. Jika kau tidak kembali, orang itu yang akan diqishash sebagai ganti dirimu.”



Pemuda itu menjawab, ”Aku orang asing di negeri ini, Amirul Mukminin, aku tidak bisa mendatangkan seorang penjamin.”

Sahabat Abu Dzar ra yang saat itu hadir disitu berkata, ”Hai Amirul Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda ini tidak datang lagi setelah dua hari.”



Dengan terkejut, Umar bin Khattab berkata, ”Apakah kau yang menjadi penjaminnya, wahai Abu Dzar…wahai sahabat Rasulullah?”



”Benar, Amirul Mukminin,” jawab Abu Dzar lantang.

Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan hukuman qishash, orang-orang menantikan datangnya pemuda itu. Sangat mengejutkan! Dari jauh sekonyong-konyong mereka melihat pemuda itu datang dengan memacu kudanya. Sampai akhirnya, dia sampai di tempat pelaksanaan hukuman. Orang-orang memandang dengan rasa takjub.



Umar bertanya kepada pemuda itu, ”Mengapa kau kembali lagi kesini wahai anak muda, padahal kau bisa menyelamatkan diri dari maut?”



Pemuda itu menjawab, ”Wahai Amirul Mukiminin, aku datang kesini agar jangan sampai orang-orang berkata, ’tidak ada lagi orang yang menepati janji dikalangan orang islam’, dan agar orang-orang tidak mengatakan, ’tidak ada lagi lelaki sejati, kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya dikalangan umat Nabi Muhammad saw’.”



Lalu Umar melangkah ke arah Abu Dzar Al-Ghiffari dan berkata, ”Dan kau wahai Abu Dzar, bagaimana kau bisa mantap menjamin pemuda ini, padahal kau tidak kenal dengan pemuda ini?”





Abu Dzar menjawab, ”Aku lakukan itu agar orang-orang tidak mengatakan bahwa, ’tidak ada lagi lelaki jantan yang bersedia berkorban untuk Saudaranya seiman dalam umat Nabi Muhammad saw’.”

Mendengar itu semua, dua orang lelaki anak kakek yang terbunuh itu berkata, ”Sekarang tiba giliran kami, wahai Amirul Mukminin, kami bersaksi dihadapanmu bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak meminta apapun darinya! Tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini kami lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa, ’tidak ada lagi orang yang berjiwa besar, yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat Muhammad saw’.”





Dari buku ”Ketika cinta berbuah surga” – Habiburahman El-Shirazy



www.myland59.blogspot.com

Golongan yang Selamat Dalam AL-QUR'AN



cisaat | January 26, 2006

Orang sekarang ini dengan mudah mengklaim golongan dan jamaahnya sebagai golongan dan jamaah yang selamat. Selain pengikut jamaahnya adalah sesat dan tidak selamat. Karena hal ini, banyak orang yang "kebingungan dalam beragama", dan sangat mungkin akan timbul pertanyaan dalam diri kita: "Siapakah seseungguhnya golongan yang selamat itu?"



Dalam Surat al Fathihah, Allah Ta'ala menjelaskan bahwa manusia terbagi atas tiga golongan, yaitu:



1. Golongan yang berada di Shiraath al Mustaqiim.

2. Golongan yang Dimurkai.

3. Golongan yang Sesat.



Mengacu kepada ayat tersebut sesungguhnya sangat jelas sekali, bahwa golongan yang selamat adalah mereka yang berada di Shiraath al Mustaqiim. Mereka adalah orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah Ta'ala, yang dijelaskan dalam (QS 4:69), bahwa:



"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: An-Nabiyyin, Ash-Shiddiiqiin, Asy-Syuhadaa (QS 57:19) dan Ash-Shalihiin (QS 19:9). Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)"



Tapi pertanyaannya, di masa ini, kelompok yang manakah yang sedang berada di atas Shirat Al-Mustaqiim itu? Kita akan membahas ini di akhir artikel.





SHIRATH AL-MUSTAQIIM



Banyak orang menganggap bahwa Shiraath Al-Mustaqiim ini 'abstrak' dan hanya akan dapat ditemui di akhirat. Dalam Al Qur'an Shiraath Al Mustaqiim dijelaskan sebagai:



1. Ad-Diin (Agama) yang tegak



Ketika seorang beragama, dan dalam pelaksanaan agamanya ia belum berada di atas Shirath Al Mustaqiim, sesungguhnya agamanya itu belum tegak (hakiki).



"Dan apabila ia telah berada di atas Shirath Al Mustaqiim, maka sesungguhnya agama dalam dirinya telah tegak." (QS 6:161)Shiraath akar katanya berarti tertelan (menurut Quraish Shihaab), Al Mustaqiim berarti adalah orang yang berada dalam keadaan istiqamah (mantap/konsisten). Artinya, orang yang berada di Shiraath Al Mustaqiim, adalah orang yang telah tertelan dalam keistiqamahan kepada jalan Allah. Tidak akan lagi bergeser kepada kekufuran.



Orang yang berada di atas Shirath Al Mustaqiim dijaga oleh Allah Ta'ala dari mengarah kepada kesalahan, dimana penjagaannya bagaikan dipegangnya ubun-ubun binatang melata. (lihat Q.S 11:56). Dan sesungguhnya Allah Ta'ala yang menjaga Shiraath Al Mustaqiim (lihat Q.S 15:41).





2. Jalan Orang yang Diberi Nikmat



Karena orang-orang yang berada di atas Shirath Al Mustaqiim, dijaga oleh Allah Ta'ala dari kesalahan, maka mereka inilah orang-orang yang diberi nikmat. (Q.S 1:7)



Untuk itu nikmat disini bukanlah sekedar nimat kesehatan, nikmat harta benda, dsb. Tetapi jauh lebih besar dari itu, adalah nikmat dijaga oleh Allah Ta'ala dari segala kesalahan dan hidup bersama Allah Ta'ala, karena Allah Ta'ala pun berada di atas Shiraath Al Mustaqiim (Q.S 11:56).





3. 'Jalan' Allah



Orang yang selamat hanyalah mereka yang berada di atas Shiraath al Mustaqiim. Shiraath al Mustaqiim inilah sesungguhnya merupakan 'jalan' Allah.



Ibnu Mas'ud meriwayatkan, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, 'Ini Shiraath al Mustaqiim'. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, 'Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satupun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, 'Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena

jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.'(QS 6:153)" (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa'i)





MENUJU SHIRATH AL-MUSTAQIIM



Untuk menuju Shiraath al Mustaqiim, Allah Ta'ala telah dengan jelas menginformasikan kepada kita tentang prosesnya di al Qur'an. Media Allah Ta'ala membimbing seorang manusia menuju Shiraath Al Mustaqiim adalah dengan petunjuk-Nya.



Petunjuk Allah Ta'ala ada 2 (dua) jenis:



(1) Petunjuk Umum dan

(2) Petunjuk Khusus.



Petunjuk Umum, adalah Al Qur'an yang merupakan petunjuk untuk seluruh manusia. Sedangkan Petunjuk Khusus, adalah petunjuk yang Allah Ta'ala turunkan kepada manusia secara individual, orang perseorangan langsung ke dalam qalbunya.



Petunjuk khusus ini akan Allah Ta'ala turunkan apabila seorang manusia menjalankan substansi nilai-nilai yang dipandu dalam Petunjuk Umum. Tahapan-tahapan ini dijelaskan dalam ayat berikut:



"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke Subulussalam, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke Shiraath al Mustaqiim." (Q.S. 5:16)



Sayangnya kebanyakan manusia karena ia tidak merasakannya- memungkiri bahwa sesungguhnya manusia dapat menerima petunjuk langsung dari Allah Ta'ala melalui qalbunya. Mereka menganggap bahwa yang bisa menerima petunjuk langsung dari Allah Ta'ala hanyalah para Nabi, dan

hal itu telah tertutup dengan khatamnya para Nabi. Padahal

ayat-ayatny sudah demikian jelas di al Qur'an.



"Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk langsung kepada qalbunya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S.64:11)



"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya." (Q.S. 10:9)



Dan sesungguhnya apabila kita tidak termasuk dalam golongan yang mendapat petunjuk Allah kepada Shiraath al Mustaqiim, niscaya kita hanya akan termasuk ke dalam golongan yang sesat.



"Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". (Q.S. 6:77)



Untuk terpimpin kepada Shiraath Al Mustaqiim, syaratnya adalah mampu mendapat petunjuk langsung dari Allah ta'ala, dan syarat untuk mendapat petunjuk langsung itu adalah iman. Namun iman yang bagaimana? Apakah iman yang sekedar definisi-definisi dan dalil-dalil? Jawabannya adalah "Bukan!".



Iman yang menjadi syarat seorang mendapat petunjuk dari Allah Ta'ala, adalah iman yang berupa cahaya, yang Allah Ta'ala anugerahkan kepada manusia sebagai rahmat (pertolongan)-Nya untuk mensucikan qalbunya.



"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)." (Q.S. 2:257)



"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kami. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. 57:28)



Dan bagaimana sesungguhnya untuk mendapatkan cahaya iman tersebut? Allah berkata, syaratnya adalah Islam.



"Orang-orang Arab (badui) itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka):" Kamu belum beriman, tetapi katakanlah 'kami islam', karena iman itu belum masuk ke dalam qalbumu." (Q.S. 49:14)



Dari ayat di atas, dapat kita cermati bahwa tampaknya mereka yang ber-islam tidak serta merta langsung menjadi beriman. Mereka yang Islam bisa jadi belum beriman, karena Islam dan Iman merupakan dua tahap yang berkelanjutan/sekuensial.



"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah qalbunya (untuk) ber-Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang membatu hatinya)." (QS. 39:22)



Namun Islam, bukanlah sekedar "formal Islam"- nya, tetapi lebih dalam dari itu adalah menjalankan substansinya, yaitu: penyerahan diri kepada Allah. (Catatan: Islam secara dasar kata berarti berserah diri). Dan inilah sesungguhnya substansi dasar ajaran Ilahiyah yang termaktub dalam al Qur'an.





PESAN UTAMA AJARAN ILAHIYYAH



Allah Ta'ala mengutus setiap utusannya, sejak zaman Adam as sampai Nabi Muhammad SAW, adalah untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Ta'ala. Lihatlah ayat-ayat Al Qur'an berikut ini:



Nuh A.S



"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku (Nuh A.S) disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)". (Q.S. 10:72).



Ibrahim A.S



"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik". (Q.S. 3:67).



Musa A.S



"Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri". (Q.S. 10:84).



Ya'qub A.S



"Dan Ya'qub berkata:"Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun daripada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri".

(Q.S. 12:67).



Sulaiman A.S



"Berkatalah Balqis:"Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam". (Q.S. 27:44).



Isa A.S



"Aku (Isa A.S) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu:"Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu", dan adalah aku menjadi saksi (syahiidan) terhadap mereka". (Q.S.5 :117).



"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka berkatalah

dia:"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk Allah" Para hawariyyin menjawab:"Kamilah penolong-penolong Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri." (Q.S. 3:52).



Muhammad SAW



"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku (Muhammad SAW)adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S. 6:162-163)



"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah)". (Q.S. 6:14)



Penyerahan diri kepada Allah dengan sepenuh hati dimana seluruh aspek kehidupan diperuntukkan untuk Allah (yang mempunyai 99 asma) semata, merupakan pesan utama ajaran ilahiyah. Sehingga disampaikan oleh para utusan- Nya setiap zaman.



Berserah Diri dengan tulus ikhlas dalam setiap aspek adalah kondisi dimana seseorang bersedia diatur sepenuhnya oleh Allah (menjadi budak Allah Ta'ala), tidak mengatur dirinya sendiri dengan hawa nafsu dan syahwatnya. Ajaran (Ad- Diin) yang dibawa oleh Muhammad SAW adalah Ad-Diin Berserah Diri kepada Allah Ta'ala untuk itulah dinamakan Ad-Diin Al Islam. Ikhlas menyerahkan diri kepada Allah dan muhsin,

itulah Ad-Diin yang paling baik.



"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." (Q.S. 4:125)



Berserah Diri kepada Allah Ta'ala dan muhsin, maka ia telah berpegang teguh kepada Allah Ta'ala.



"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan." (Q.S. 31:22)



Keberserahan diri kepada Allah Ta'ala ditopang oleh empat sendi utama, yaitu: Sabar, Syukur, Tawakal dan Ikhlas. Bagaimana mungkin seorang akan menjadi seorang muslim yang utuh, apabila qalbunya tiada pernah bersabar atas segala masalah hidupnya? Selalu mengeluh dan tiada pernah bersyukur terhadap segala hal yang Allah berikan kepadanya?





GOLONGAN YANG SELAMAT MENURUT HADITS RASULULLAH



Dari Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash r.a :



"Telah bersabda Rasulullah SAW : " Sungguh-sungguh akan datang atas umatku sebagaimana yang telah datang pada Bani Israil, sebagaimana sepasang sandal yang sama ukurannya, sehingga kalau dulunya pernah ada di kalangan Bani Israil orang yang menzinai ibunya terang-terangan niscaya akan ada diumatku ini yang melakukan demikian. Dan sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semua mereka bakal masuk neraka kecuali satu golongan yang selamat. Para shahabat

bertanya: "Siapakah mereka yang selamat itu ya Rasulullah?"

Rasulullah menjawab: " yaitu golongan yang mengikuti Aku ada padanya pada hari ini dan yang mengikuti para Sahabatku."



Hadits ini diriwayatkan lengkap oleh Tirmidzi, diterangkan pula oleh Hakim juz yang pertama, Ibnu Wadhoh, Imam Al-Azurri dalam kitabnya As- Syari'ah, Ibnu Nasr Al-Marwaji dalam kitabnya As- Sunnah Al-Laalikai, Abdul Qahir Al-Baghdadi dalam kitabnya Al-Faruq bainal Firaq) Hadits ini dikatakan oleh Tirmidzi HASAN GHARIB, Hadits ini dihasankan oleh Tirmidzi bukan karena secara sanad shahih, tetapi

menghasankan karena Syawahidnya yang banyak. Hadits ini HASAN.



Dari Sahabat Abu Hurairah r.a : "Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, dan Nasrani telah berpecah menjadi 72 golongan, dan akan berpecah umatku menjadi 73 golongan." (Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Azzuri, Hakim, Ahmad, Abu Ya'la, Ibnu Abi Asim) Dan Tirmidzi berkata hadits ini HASAN SHAHIH. Hakim berkata SOHIHUN ala Shahih Muslim dan disetujui oleh Ad-Dzahabi.



Dari Sahabat Auf Bin Malik r.a : "Yahudi berpecah menjadi 71 golongan, 1 masuk sorga dan 70 masuk neraka. Dan Nasrani berpecah menjadi 72 golongan, 71 masuk neraka dan 1 masuk sorga, Dan demi yang diri Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya umatku sungguh-sungguh akan berpecah menjadi 73 golongan, 1 di sorga dan 72 di neraka; kemudian sahabat bertanya: 'Ya Rasulullah, siapa mereka yang selalu satu itu yang masuk dalam surga (Wahidatun Fil Jannah)?, dijawab oleh Nabi SAW, yaitu 'Al-Jama'ah'" (Ibnu Majah, Ibnu Abi Asim dalam As-Sunnah, Imam Al-Laalikai) hadits ini di SHAHIH-kan oleh para ulama.



"Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta'at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu berpengang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang

diada-adakan itu adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat (dan setiap yang sesat adalah tempatnya di dalam Neraka)." (HR.Nasa'i dan At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)



Dalam hadits yang lain Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,



"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu Al-Jama'ah." (HR. Ahmad dan yang lainya. Al-Hafidz menggolongkannya hadits hasan)



Dalam riwayat lain disebutkan, "Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para shahabatku meniti di atasnya." (HR. Ahmad dan yang lainya. dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' 5219).



Dari keterangan diatas, pola apa yang terlihat? Di masa yahudi, dari 71 golongan, 70 tidak selamat dan 1 selamat. Pada masa berikutnya, Nasrani, dari 72 golongan, 71 tidak selamat dan 1 selamat. Pada masa selanjutnya, dari umat Rasul SAW terbagi menjadi 73 golongan, 72 tidak selamat dan 1 selamat. Lihatlah, betapa di setiap pergantian ajaran kenabian selalu bertambah satu golongan yang tidak selamat,

sedangkan yang selamat tetap satu saja.





Sesungguhnya satu golongan yang selamat sejak dulu Yahudi, Nasrani dan Umat Muhammad SAW adalah sama. Tidak berubah. Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk Allah langsung ke Qalbu, sehingga terpimpin ke Shiraath Al Mustaqiim (jalan Allah yang lurus).



Kenapa setiap pergantian ajaran Nabi bertambah satu golongan? Karena satu golongan itu adalah golongan yang hanya menjadi merasa bangga dengan formal golongannya, tetapi substansi ajaran agama Ilahi dilupakannya atau tidak dikenalnya.



Satu golongan yang selamat adalah Al Jamaah, merekalah yang

Rasulullah SAW dan sahabat berada di atasnya. Secara eksplisit dalam Al Qur'an dikatakan merekalah orang yang berada di atas Shiraath Al Mustaqiim, siapapun ia dan darimana pun asal (nama) jamaahnya.



Yang selamat bukanlah nama sebuah jamaah, apakah tasawuf, tarekat A, tarekat B, Syiah, Sunni, Ikhwan al Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafy, Muhammadiyah, NU, atau apapun namanya. Siapapun orangnya, apakah berasal dari Tasawuf, tarekat A, tarekat B, Syiah, Sunni, Ikhwan al Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafy, Muhammadiyah, NU dan sebagainya.

Kalaulah ia mendapat petunjuk langsung dari Allah dan terpimpin ke Shirath Al Mustaqiim, maka dia termasuk dalam Al Jamaah.



Karakter mereka sejak zaman Adam, Yakub, Musa, Isa, Muhammad adalah sama. Merekalah yang mencintai Allah lebih dari dunia. Merekalah orang-orang yang mampu menggembalakan hawa nafsu dan syahwatnya (bahkan mampu menggembalakan hawa nafsu dan syahwat dirinya dalam ber-'agama').



Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. 79:40-41)



Merekalah orang mati dalam keadaan berserah diri (al muslimuun).



Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri (kepada Allah)". (Q.S. 2:132)



"Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang

diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada- Nya-lah kami menyerahkan diri". (Q.S. 3:84)
www.myland59.blogspot.com

Refleksi Surat Al-Ashri

Selasa, 3 Agustus 2010 15:59:23 WIB

REFLEKSI SURAT AL-ASHRI [1]

Oleh
Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr

« وَالْعَصْرِ »

"Demi masa". Al Ashr, menurut pendapat yang terkuat adalah ad dahr atau az-zaman (masa). Mengapa bersumpah dengan waktu? Allah bersumpah dengan (demi) waktu karena nilai urgensitasnya. Dalam (masalah) waktu, manusia terbagi menjadi dua keadaan: (yang) merugi dan beruntung.

Barangsiapa (yang) menghabiskan waktunya untuk perbuatan sia-sia dan kebatilan, untuk hal-hal yang kufur dan maksiat, maka ia merugi. Namun, jika ia menggunakan waktunya untuk ketaatan, belajar ilmu agama, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, untuk jihad melawan musuh-musuh Allah, maka ia beruntung, dengan menghuni surga Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab, manusia tidak diciptakan dengan sia-sia. Allah menciptakan manusia untuk tujuan yang agung, yang menjadi tonggak penegakan langit dan penghamparan bumi. Allah berfirman (artinya): "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh". [Adz Dzariyat : 56-58].

Allah mengutus para nabi dan menurunkan kitab suci agar tidak ada yang disembah kecuali hanya Allah, dan agar Allah tidak disembah kecuali sesuai dengan tuntunan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jadi, yang pertama ialah memurnikan agama untuk Allah. Dan kedua memurnikan mutaba’ah (sikap meneladani) hanya kepada Rasulullah. Kedua hal inilah yang menjadi konsekuensi dari firman Allah:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". [Al-Kahfi : 110].

Karena itu, langit dan bumi tegak di atas dua pilar: 1) Tidak ada yang disembah, kecuali hanya Allah, dan 2) mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara lahir dan batin.

Inilah konsekuensi dua kalimat syahadat, yang berarti tidak ada yang berhak disembah di alam semesta ini kecuali hanya Allah. Dan tidak ada yang diikuti secara benar kecuali Rasulullah. Barangsiapa yang tidak menyembah Allah dan tidak mengikuti Rasulullah, atau menyembah Allah tetapi tidak mengikuti Rasulullah, maka ia merugi selama-lamanya.

Allah bersumpah dengan waktu lantaran keagungan fungsionalnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Padahal Allah berkuasa menciptakannya dalam sekejap dengan cukup mengatakan: كُنْ (jadilah). Akan tetapi, Allah ingin memberikan satu teladan dan ketentuan hukum dalam hidup ini. Yaitu agar kita beraktifitas dengan mengoptimalkan waktu. Jika seseorang berkeinginan kuat mempertahankan nyawa dan cahaya matanya, maka ia harus lebih kuat keinginannya dalam memanfaatkan waktunya. Sebab, waktu adalah kehidupan. Ia lebih mahal dari harta. Mereka mengatakan, waktu adalah emas. Yang benar, waktu lebih mahal dari emas. Waktu adalah umur. Modal kita adalah nafas. Nafas yang telah dihembuskan tidak dapat kembali lagi. Engkau adalah rangkain untaian nafas. Jika nafas-nafas itu habis, maka tamatlah riwayat kehidupanmu.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan tentang kewajiban mengoptimalkan waktu meskipun pada hembusan nafas yang terakhir. Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Tuntunlah orang yang mau meninggal di antara kamu untuk mengucapkan لااله الاالله , sebab orang yang akhir ucapannya لااله الاالله pasti masuk surga”.

Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan kalimat tauhid ini? Sungguh, dapat diucapkan dalam hitungan detik. Perhatikanlah, betapa beruntungnya orang yang memanfaatkan beberapa detik saja dari waktunya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm menjelaskan pentingnya bekerja dan beramal, dan buruknya berpangku tangan atau bermalas-malasan. Beliau selalu memohon perlindungan kepada Allah dari penyakit malas yang mematikan ini. Rasulullah bersabda: “Apabila terjadi Kiamat, sementara di tangan salah seorang kalian ada biji kurma (atau tunas pisang), maka tanamlah”.

Orang yang melihat matahari terbit dari barat masih diperintahkan untuk bercocok tanam dan beramal. Karena itu, mencari ilmu adalah kewajiban yang tidak mengenal batas akhir. Adapun hadits “mencari ilmu itu sejak berada di ayunan ibu hingga masuk liang lahat” dan hadits “carilah ilmu walau di negeri Cina”, keduanya adalah dhaif (lemah).

Cukuplah bagi kita hadits shahih ini untuk merangsang semangat mencari ilmu : "Barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya jalan masuk surga. Para malaikat itu membentangkan sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena ridha dengan apa yang ia cari. Sesungguhnya orang alim itu dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan penduduk bumi, hingga ikan yang ada di dalam air". [HR Abu Dawud, Ibn Majah, Ibn Hibban, hadits ini shahih].

Umur umat Islam ini pendek, akan tetapi amalannya banyak dan pahalanya dilipatgandakan. Nabi Nuh Alaihissallam selama 950 tahun berdakwah menyerukan tauhid (dan) kita tidak mengetahui berapa lama dia hidup sebelum dan sesudah itu, tetapi amalan dan pahala mereka sedikit. Sementara umat ini, yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm bahwa usia umatku antara 60 dan 70 tahun, sedikit sekali yang melebihi batas itu. Akan tetapi pahalanya dilipatgandakan. Perhatikanlah, misalnya lailatur qadar yang pahalanya -barangsiapa melaksanakan ibadah pada malam itu- maka pahalanya sama dengan beramal selama 83 tahun. Bagaimana jika dia beramal selama 10 kali lailatur qadar? Tentu nilainya sama dengan 830 tahun. Dan kalau 20 kali, maka sama dengan 1660 tahun. Maka, seolah-olah kalian telah mengungguli Nuh Alaihissallam. Lalu bagaimana lagi jika melakukan haji, umrah, jihad, dan sebagainya?

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Allah bersumpah demi masa. Kesempatan di dunia adalah ladang amal bagi akhirat; akan beruntung orang yang untung, dan merugilah orang yang rugi.

(Perhatikanlah!), tujuan hidup di dunia ini untuk menanam kebaikan dan amal shalih yang dapat dipetik buahnya di akhirat. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah telah memutus udzur orang yang dipanjangkan usianya hingga 60 tahun". Artinya dia tidak lagi memiliki alasan lagi untuk membela diri di hadapan Allah.

Kalian sekarang berada pada masa muda, masa kuat, masa produktif dan beramal. Islam dimenangkan melalui tangan anak-anak muda. Mereka adalah tulang punggung umat, aliran darah yang dipacu di dalam tubuh umat. Sehingga syetan sangat berambisi menjauhkan para pemuda dari agama Allah ini. Syetan mengendus-endus hati pemuda. Jika ia mendapatinya pemalas, maka syetan menyeretnya agar menjadi sampah masyarakat dan perusak kehidupan. Akan tetapi, bila melihatnya cinta agama, maka syetan menipunya agar melampaui batas dalam beragama, sehingga ia hidup dalam bid’ah yang merusak agama.
Semua manusia berada dalam kerugian yang besar, kecuali orang-orang yang memiliki empat sifat, sehingga dapat keluar dari kerugian menuju keberuntungan.

1. Iman. Ini Adalah firman Allah « إلاالذين أمنوا ».
Iman menurut bahasa berarti iqrar (pengakuan). Yaitu mengikrarkan لااله الاالله dengan lisan dan meyakininya dalam hatinya. Jadi harus membenarkan dengan hati dan menyatakan dengan lisan, tidak cukup pembenaran saja. Orang yang tidak dapat mengungkapkannya dengan lisan, boleh dengan isyarat, sebab, menurut kaidah bahasa dan syara’ (agama), hal itu termasuk kalam (ucapan) –misalnya dalam riwayat "Tanyakanlah kepada anak kecil ini". Mereka berkata: "Bagaimana mungkin dia berbicara?" Jadi mereka memahami isyaratnya dan memahami apa yang ia maksudkan-.

Seandainya pembenaran (tashdiq) saja cukup, tentu Abu Thalib adalah mukmin, sebab hatinya membenarkan. Akan tetapi, hal itu tidak memasukkannya ke dalam kaum muslimin. Abu Thalib menyatakan: "Saya mengetahui bahwa agama Muhammad adalah sebaik-baik agama. Seandainya bukan karena takut cemoohan dan cacian, tentu aku telah menerimanya".

Sebelum meninggalnya, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya : "Hai, Paman! Ucapkanlah satu kalimat, yang dengannya aku akan membelamu di hadapan Allah". Ternyata Abu Jahal dan kawan-kawannya mencegah dan melarangnya dengan mengatakan: "Apakah engkau akan meninggalkan agama bapakmu?" Sehingga akhir ucapan Abu Thalib adalah "Dia tetap berada di atas agama Abdil Muththalib".

Secara syar’i, definisi iman menurut Ahlu Sunnah adalah iqrar dengan lisan, tashdiq dengan hati dan amal dengan anggota badan, bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat. Amal shalih adalah bagian yang tak terpisahkan dari iman. Mereka, ahli sunnah tidak mengesampingkan amal dari lingkaran iman sebagaimana yang diyakini kaum Murji’ah. Dalam kacamata mereka, iman makhluk yang paling bertaqwa –misalnya Jibril- adalah sama dengan iman orang yang paling fasik. Asumsi mereka (ialah), “sebagaimana halnya ketaatan tidak berguna di hadapan kekufuran, maka begitu pula maksiat, tidak membahayakan keimanan”.

Para sahabat, para tabi’in, para ahli hadits, imam madzhab empat dan ulama hingga hari Kiamat, mengatakan bahwa iman bertambah dan berkurang. Antara yang satu dengan lainnya, masing-masing berbeda tingkatan keimanannya, sesuai dengan tingkat perbedaan ketakwaan dan amal shalihnya. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَءَاتَاهُمْ تَقْوَاهُم ْ

"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya". [Muhammad : 17].

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". [Al-Fath : 4].

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, (artinya): "Tidak akan berzina orang yang berzina itu, ketika ia berzina dalam keadaan mukmin. Tidak akan mencuri orang yang mencuri, saat ia mencuri dalam keadaan mukmin".

Sedangkan rukun iman, menurut Rasulullah adalah enam, sebagaimana termuat dalam hadits Jibril dari Umar Radhiyallahu 'anhu yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Jadi untuk merealisasikan iman, harus memenuhi dua hal. Pertama : Yaitu lepas dari semua sesembahan dan menetapkan satu sesembahan yang benar, yakni Allah. Kedua : Yaitu mengikuti Rasul Shallallahu 'alaihi wa salalm secara lahir dan batin, dengan meyakini bahwa tidak ada Nabi lagi setelah Beliau yang diutus kepada seluruh umat manusia hingga hari Kiamat. Dan Al Qur'an tidak mungkin dipahami, kecuali melalui Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi bersabda, (artinya): "Aku tinggalkan di tengah kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat sesudahku selama kalian berpegang teguh dengan keduany, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku". [HR Hakim].

Ingatlah, aku diberi Al Qur'an dan diberi semisalnya bersamanya. [HR Ahmad dan Abu Dawud].

Maka barangsiapa beriman, berarti dia telah keluar dari kerugian.

2. Amal Shalih.
Amal shalih selalu disebut bergandengan dengan iman. Amal itu tidak disebut shalih, kecuali dengan dua syarat. Pertama, dilakukan dengan ikhlas karena wajah Allah. Kedua, sesuai dengan petunjuk Rasul Allah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dua hal inilah yang menjadi rukun diterimanya amal.

Telah kita sebutkan firman Allah:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". [Al-Kahfi : 110].

Berdasarkan ini, amalan yang ikhlas tetapi menyalahi petunjuk Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau sesuai dengan petunjuk Rasul, namun dilakukan tanpa ikhlas, maka tertolak oleh Allah. Dua hal ini ibarat dua sayap burung, ia tidak bisa terbang kecuali dengan keduanya. Bila salah satunya terpotong, ia tidak bisa terbang.

Ahli bid’ah banyak menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi tanpa dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm. Maka amalan-amalan mereka itu tertolak dan pada hari Kiamat nanti mereka akan diusir dari telaga Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi akan mengatakan: "Umatku, umatku". Maka dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu".

3. Saling Berwasiat Dengan Kebenaran.
Kita mengetahui, al haq adalah Islam dan syariat Islam, Al Qur'an dan Sunnah. Allah berfirman:

وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

"Dan Kami turunkan (Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan". [Al-Isra’: 105].

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap". [Al-Isra’: 81].

Tidak cukup seseorang itu menjadi mukmin, ‘abid (ahli ibadah) dan beramal shalih, tetapi ia harus berdakwah, menyampaikan, membimbing orang lain kepada kebaikan dan harus ikut andil mengemban risalah Islam.

Tawashi, adalah bentuk kata yang mengikuti wazan تَفَاعُلْ, yaitu shighah mubalaghah (bentuk kata untuk menambah intensitas tindakan). Artinya, saya berwasiat kepada Anda dengan benar dan Anda juga berwasiat kepada saya dengan benar. Guru berpesan kepada murid, murid kepada murid, orang tua kepada anak, pemimpin kepada rakyat, rakyat kepada rakyat, dan seterusnya. Ini adalah amanah di pundak umat. Anda akan ditanya tentangnya oleh Allah. Oleh karena itu, tidak cukup hanya dengan mengusung syi'ar-syi'ar Islam saja. Melainkan harus mengemban dakwah. Dengan berdakwah, berarti Anda telah melakukan amalan yang terbaik, yaitu amalan yang menjadi tugas para nabi. Allah berfirman (artinya) : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" [Fushshilat :33].

Jika Anda telah berdakwah, berarti telah menyerupai para nabi dan pemimpin para nabi. Manakala berdakwah, Anda harus mengikuti akhlak Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu dalam firman Allah (artinya) :" Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik". [An-Nahl : 125].

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [Ali-Imran : 159].

Kebenaran ini sudah terasa berat, maka janganlah Anda memperberat lagi dengan sikap keras dan kasar. Dakwah itu harus dengan penampilan dan tutur kata yang bagus. Ketika diperintahkan untuk berdakwah kepada Fir’aun; manusia sombong yang mengatakan “Aku tidak mengetahui untuk kalian sesembahan selain aku”, Nabi Musa dan Harun Alaihissallam diperintahkan Allah untuk bersikap lembut kepadanya. Allah berfirman:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". [Thaha : 44].

Meskipun demikian, seorang dai pasti menghadapi cobaan dan tantangan, pasti dicemooh dan dilecehkan, dan terkadang diusir. Demikian ini sunnatullah untuk para nabi dan pengikutnya. Jika seseorang mengemban tugas nabi, pasti akan dimusuhi meskipun sangat lunak dan santun dalam dakwahnya.

4. Saling Berwasiat Sabar.
Jalan dakwah tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga yang mewangi, dan tidak pula dihampari dengan sutra yang memikat hati. Dakwah adalah jalan terjal yang sulit. Karena itu, diperlukan adanya tekad dan kesabaran.

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (adzab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik". [Al-Ahqaf : 35].

Martabat para nabi itu di atas kita. Meskipun demikian, di antara para nabi ada yang dibunuh, ada yang disalib, ada yang dibelah dengan gergaji. Nabi kita sendiri banyak mengalami siksaan dari orang-orang musyrik. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dilempari batu hingga berdarah-darah kaki dan kepalanya, dilempari dengan kotoran di punggungnya, dituduh sebagai tukang tenung atau dukun santet, tetapi Beliau senantiasa bersabar dan tawakal.

Setelah Beliau diusir dari Thaif, Jibril Alaihissallam datang kepada dengan ditemani malaikat penjaga gunung. Jibril mengatakan: “Sesungguhnya Allah mendengar dan melihat apa yang dilakukan kaummu terhadapmu. Dan Dia menyampaikan salam untukmu. Bersamaku, malaikat penjaga gunung. Jika engkau menghendaki, dia akan menjatuhkan Ahsyabain (dua gunung besar yang mengapit Mekkah) pada penduduk Mekkah”.

Nabi menjawab,”Tidak! Aku akan tetap bersabar. Siapa tahu Allah akan mengeluarkan dari tulang rusuk mereka orang yang akan menyembah Allah secara tauhid, tidak melakukan syirik sedikit pun,” bahkan Nabi berdo’a: “Ya, Allah. Berilah kaumku petunjuk. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahu”. Sehingga banyak orang yang masuk Islam karena kesabaran Beliau, ampunan Beliau dan santun Beliau dalam berdakwah. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam betul-betul menjadi rahmat yang dihadirkan Allah untuk umat manusia sebagaimana bunyi hadits « اَناَ رَحْمَةً مُهْدَاة »aku adalah rahmat yang dihadiahkan (Allah).

Begitulah seharusnya para guru, da’i dan para muballigh. Mereka harus memberikan kasih-sayang, memilih cara yang terbaik dan bersabar atas gangguan yang diterimanya. Akhlak yang sejati bukanlah menahan diri untul membalas gangguan, tetapi menyabarkan diri ketika diganggu. Apabila Anda beriman, beramal shalih, berdakwah dan bersabar, maka Anda termasuk orang-orang yang beruntung, mendapatkan semua yang dicita-citakan, selamat dari segala yang Anda takutkan.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun IX/1426/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Diangkat dari ceramah Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr di Masjid Universitas Islam Negeri Malang, pada hari Rabu, 8 Desember 2004. Diterjemahkan oleh Agus Hasan Bashori.
www.myland59.blogspot.com

SESUATU YANG TERSEMBUNYI DARI SEBUAH “ADZAN”



Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar
Allahu Akbar”, maka salah seorang dari kalian
mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar.”
Kemudian muadzin mengatakan, “Asyhadu An
Laa Ilaaha Illallah”, maka dikatakan, “Asyhadu
An Laa Ilaaha Illallah.”
Muadzin mengatakan setelah itu, “Asyhadu
Anna Muhammadan Rasulullah”, maka dijawab,
“Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.”
Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alash
Shalah”, maka dikatakan, “La Haula wala
Quwwata illa billah.”
Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alal
Falah”, maka dikatakan, “La Haula wala
Quwwata illa billah.”
Kemudian muadzin berkata, “Allahu Akbar
Allahu Akbar”, maka si pendengar pun
mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar.”
Di akhirnya muadzin berkata, “La Ilaaha
illallah”, ia pun mengatakan, “La Ilaaha
illallah” Bila yang menjawab adzan ini
mengatakannya dengan keyakinan hatinya
niscaya ia pasti masuk surga.” (HR. Muslim
no. 848)
Rasulullah pernah mendengar seseorang yang
adzan mengatakan, “Allahu Akbar, Allahu
Akbar.” Rasulullah menjawab, “Dia di atas
fithrah.”
Kemudian muadzin itu berkata, “Asyhadu An
Laa Ilaaha Illallah. Asyhadu An Laa Ilaaha
Illallah.” Rasulullah berkata, “Engkau keluar
dari neraka.” (HR. Muslim no. 845)
“Apabila kalian mendengar adzan maka
ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan
muadzin, kemudian bershalawatlah untukku,
karena siapa yang bershalawat untukku
niscaya Allah akan bershalawat untuknya
sepuluh kali.
Kemudian ia meminta kepada Allah al-wasilah
atasku, karena al-wasilah ini merupakan
sebuah tempat/-kedudukan di surga, di mana
tidak pantas tempat tersebut dimiliki kecuali
untuk seseorang dari hamba Allah dan aku
berharap, akulah orangnya. Siapa yang
memintakan al-wasilah untukku maka ia pasti
beroleh syafaat.” (HR. Muslim no. 847)
Siapa yang ketika mendengar adzan
mengucapkan doa, “Ya Allah! Wahai Rabbnya
seruan yang sempurna ini dan shalat yang
akan ditegakkan ini, berikanlah kepada
Muhammad al-wasilah dan keutamaan, dan
bangkitkanlah beliau pada tempat yang dipuji
(maqam mahmud) yang telah Engkau janjikan
kepadanya4”, niscaya ia pasti akan beroleh
syafaatku pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari
no. 614, 4719).

www.myland59.blogspot.com

Sabtu, 06 April 2013



Alhamdulillaah…..

Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.



`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.




Bagi isteri hanya 4 syarat untuk mereka ke syurga “Apabila seorang isteri mengerjakan solat 5 waktu, mengerjakan puasa sebulan, memelihara kehormatannya (aurat) serta mentaati suaminya, nescaya dia akan masuk syurga”. (Riwayat Imam Bazzar melalui Anas r.a)



Daripada Anas,Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Apabila seorang perempuan mendirikan sembahyang lima waktu, berpuasa sebulan (Ramadhan), menjaga kehormatan dan taat kepada suami, dia akan disuruh memasuki syurga melalui mana-mana pintu yang dia sukai.” (Hadis Riwayat Ahmad)



Perempuan tidak perlu keluar berjihad atau berperang, cukup sekadar mengerjakan haji atau umrah bagi yang cukup syaratnya.



Daripada Aishah r.a. katanya, aku berkata, “Ya Rasulullah, kita mengetahui bahawa jihad adalah sebaik-baik amalan. Oleh itu apakah kami kaum wanita tidak boleh ikut berjihad?” Baginda terus menjawab: “Bagi kamu semua (kaum wanita) jihad yang paling baik ialah mengerjakan haji dan mendapatkan haji mabrur."


Rasulullah SAW bersabda: ” Jihad orang yang tua, lemah dan wanita ialah menunaikan haji” (an-Nasa’i)”



Pernah Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda yang bermaksud : “Jikalau sekiranya ada perintah dari Allah SWT untuk menyuruh manusia sujud kepada manusia nescaya aku suruh isteri sujud kepada suaminya.”



Namun perempuan lebih ramai di neraka



Dari Abdullah bin Umar r.a katanya:Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam telah bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar iaitu memohon ampun. Kerana aku melihat kaum wanitalah yang lebih ramai menjadi penghuni Neraka.”




Seorang wanita yang cukup pintar di antara mereka bertanya: “Wahai Rasulullah,kenapa kami kaum wanita yang lebih ramai menjadi penghuni Neraka?”Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda:“Kamu banyak mengutuk dan mengingkari suami.



Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal, daripada golongan kamu.



Wanita itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan akal dan agama itu? “Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Maksud kekurangan akal ialah penyaksian dua orang wanita sama dengan penyaksian seorang lelaki.



Inilah yang dikatakan kekurangan akal.Begitu juga wanita tidak mendirikan sembahyang pada malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan Ramadhan kerana haid. Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama”




Dari Imran bin Husain dia berkata,Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda yang bermaksud : “Sesungguhnya penduduk Syurga yang paling sedikit adalah wanita.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)



Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda yang bermaksud : “Aku melihat ke dalam Syurga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam Neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari dan Muslim)



Sabda Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam :“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR Nasa’i)




Sabda Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam :“Wanita yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’ie) maka haram baginya mencium wangi Syurga.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan At-Tirmizi )



Dalam hadis yang lain,Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penghuni Neraka,baginda bersabda :“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka kerana sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti bunggul unta.



Mereka tidak masuk Syurga dan tidak mendapatkan wanginya Syurga padahal wanginya boleh didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)




Di dalam kisah solat gerhana matahari,Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam. dan para sahabatnya melakukan solat gerhana padanya dengan solat yang panjang,



Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam melihat Syurga dan Neraka. Ketika beginda melihat Neraka beginda bersabda kepada para sahabatnya: “ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.



Para sahabat pun bertanya:“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Baginda Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam menjawab : “Kerana kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Baginda menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya.




Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) nescaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)



Ketika beginda selesai berkhutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT. dan anjuran untuk mentaati-Nya.



Baginda pun bangkit mendatangi kaum wanita, baginda menasihati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian baginda bersabda : “Bersedekahlah kamu semua.



Kerana kebanyakan kamu adalah kayu api Neraka Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, dia pun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Baginda menjawab : “Kerana kamu banyak mengeluh dan kamu tidak taat terhadap suami.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari)




♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥



Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir