Sabtu, 15 Januari 2011

BUDI DAYA JAMUR TIRAM


BAB 1 

SEKILAS TENTANG JAMUR

Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh di mana-mana, terutama pada musim hujan. Jamur sering juga disebut dengan nama supa (Sunda) atau mushroom (Inggris). Varietas jamur yang ada di alam ini sangat banyak, asing masing mempunyai ciri yang berbeda.
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat / dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungannya terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan sebagal tanaman heterotrofik. Sementara bagi tanaman yang dapat menyediakan makanan sendiri, seperti karbohidrat (gula, pari, dan lain-lain), disebut autotrofik.

Jenis jamur dapat dibedakan berdasarkan sifat hidup dan hubungannya dengan keadaan lingkungan. Sifat- sifat itu antara lain sebagai berikut.
1. Simbiotik. yaitu hidup berdampingan dengan tanaman lain.

2. Apabila hubungan itu saling menguntungkan maka disebut simbiotik mutualisme. tetapi bila satu pihak diuntungkan sedangkan pihak lain tidak dirugikan disebut simbiotik komensialisme.
Contoh: Amanita phalloides (Jamur kematian). Amanita muscarea Limacella guttata. Cystoclelma amianthinum.Parasit. yaitu mengambil makanan dari tumbuhan lain yang masih hidup.
Contoh: Omphalotus olearius. Armillariella mellea.

3. Saprofit. yaitu hidup pada zat organik yang idak diperlukan lagi(misalnya sampah).
Contoh: Macrolepiota procera. Leucoagaricus pudicus. Rhodotus palmatus. Pleurotus ostreatus.

4. Parasit dan sekaligus bersifat saprofit.
Contoh: Pleurotus comucopiae. Pleurotus dryinus. Pleurotus eryngii
(Jenis jamur tiram).

Selain berdasarkan sifat hidupnya. jamur dapat dibedakan pula berdasarkan kemungkinannya untuk dimakan. Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut.

1.Mematikan. yaitu jenis jamur yang apabila dikonsumsi dapat mengakibatkan kematian.
Contoh: Amanita phalloides (amanita kematian) dan Amanita verna (amanita putih).

2.Beracun. yaitu jenis jamur yang apabila dikonsumsi dapat berakibat keracunan.
Contoh: Amanita muscaria. Amanita pantherina, Tricholoma pardinum, Tricholoma virgatum.

3. Tidak dapat dimakan, yaitu jenis jamur yang tidak dapat dikonsumsi.
Contoh: Cystolepiota adulterina, Lepiota acutesquamosa, Marasmius
androsaceus, Marasmius ramealis.

4.Enak dimakan. yaitu jenis jamur yang dapat dikonsumsi.
Contoh: Amanita spissa, Amanita rubescens, Oudemansiella mucida,
Collybia confluens, Melanoleuca malaleuca, Pleurotus
dryinus, Russula vitellina.

5.Sangat enak dimakan, yaitu jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan rasanya sangat enak/lezat.
Contoh: Pleurotus ostreatus, Cantharellus lutescens.
Jamur yang ditemukan di alam dan belum diketahui jenis maupun sifatnya maka jika akan dikonsumsi perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan keracunan. 

Untuk mengetahui
bahwa suatu jamur dapat dimakan atau tidak, berikut ini disajikan pengujian jamur secara sederhana.

I. Pada saat jamur dimasak. ke dalam tempat untuk memasak jamur itu dimasukkan barang-barang yang terbuat dari logam perak (misalnya sendok atau garpu). Bila logam ini menghitam maka jamur yang sedang dimasak itu diduga mengandung racun.
2. Nasi yang berwarna putih dimasukkan ke dalam masakan jamur. Bila warna nasi berubah menjadi kuning maka jamur tersebut diduga mengandung racun.
3.Apabila getah jamur yang beracun dicampurkan dengan bawang putih maka bawang putih tersebut akan berwarna kehitaman.
4.Sifat-sifat jamur beracun dapat dilihat dari penampakan luarnya.   Misalnya warnanya mencolok dan kotor (memberi kesan menjijikkan)  mempunyai cincin pada tangkai atau batangnya(kecuali pad a jamur   merang); terlihat menyala pada malam hari (karena mengandung fosfor yang cukup tinggi).  
Tidak semua jenis jamur beracun dapat diuji dengan cara tersebut di atas. Untuk mengetahui secara pasti tentang kandungan racun dalam jamur diperlukan pengujian secara laboratorium.
Sifat beracun dari jamur sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa racun yang terdapat dalam tanaman itu sendiri. jenis racun yang terdapat di dalam jamur bermacam-macam yang dapat mengakibatkan orang menjadi pusing, sakit perut (muntah-muntah), bahkan ada senyawa racun jamur yang dapat mengakibatkan kematian.
Orang yang keracunan jamur akan menampakkan gejala-gejala seperti mual, pusing, kejang-kejang, perut teras a sakit, haus sekali, hendak muntah, atau muntah-muntah. Apabila setelah mengonsurnsi jamur, ternyata salah satu dari gejala-gejala tersebut terjadi maka hendaknya segera diusahakan untuk memuntahkannya dengan cara menggelitik langit-Iangit mulut atau meminum segel as air hangat yang telah diberi garam dapur. Selanjutnya segera pergi ke dokter.

Senyawa racun yang terdapat pada jamur dan akibat yang ditimbulkan antara lain sebagai berikut.

1.Amatoksin, yaitu racun jamur yang dapat mematikan karena
    merusak sel-sel hati dan ginjal.
2.Kholin, yaitu racun jamur yang sangat berbahaya dan          
    mematikan.
3.Gyromitrin, yaitu racun yang menyerang sistem saraf.
4.Philosibin, yaitu racun yang menyebabkan orang/penderita
    melamun.
5.Muskarin, yaitu racun jamur yang menyebabkan pusing.
6.Falin, yaitu racun jamur yang menyebabkan pusing.
7.Atropin jamur, yaitu racun jamur yang menyebabkan    .
    pusing
8.Asam helvelar, yaitu racun jamur yang menyebabkan      
   pusing


BAB ll
JAMUR TIRAM DAN  PERTUMBUHANNYA

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu. Biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pad a media kayu yang sudah lapuk. Perlu diketahui bahwa jenis jamur kayu (jamur yang tumbuh pada media kayu, baik pad a serbuk kayu maupun kayu  gelondongan) ada bermacam-macam. jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.
Disebut jamur tiram atau oyster mushroom karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman' ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke pinggir. jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat enak dimakan serta mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Karena itulah, tidak mengherankan bila jenis jamur ini mulai banyak dibudidayakan 

Sosok jamur Tiram. Tudungnya seperti cangkang tiram, tangkainya tidak tepat ditengah tudung

TABEL 1. KANDUNGAN GIZI BEBERAPA JENIS JAMUR
Komposisi
Lentinus edodes
( Jamur Shitake )
Pleurotus florida
(Jamur Tiram Putih)
Pleurotus cycstidosus
(Jamur Tiram Coklat)
Protein  
17,5%
27%
26,6%
Lemak
8%
1,6%
2%
Karbohidrat
70,7%
58%
50,7%
Serat
  8%
11,5%
13,3%
Abu
7%
9,3%
6,5%
Kalori
392 Kkal
265 Kkal
300 Kkal
Sumber: Makalah Seminar Jamur Tiram oleh Yayasan AGBI Parungkuda Sukabumi, 1995

Jenis jamur tiram (pleurotus sp.) yang mulai banyak dibudidayakanantara lain sebagai berikut.
1. Jamur tiram putih, dikenal pula dengan nama shimeji white (varietas florida).
2. Jamur tiram abu-abu, dikenal pula dengan nama shimeji grey (varietas sajor  caju).
3. Jamur tiram cokelat, dikenal pula dengan nama jamur abalon (varietas  cystidiosus).
4. Jamur tiram merah, dikenal pula dengan nama jamur shakura (varietas flabellatus).

Dari beberapa jenis jamur tersebut, jamur tiram putih, abu-abu, dan cokelat paling banyak dibudidayakan karena mempunyai sifatadaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi. Jenis-jenis jamur tersebut mempunyai sifat pertumbuhan yang hampir sama, tetapi masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
1.Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media. Setiap rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih lama dibandingkan dengan jamur tiram abu-abu, meskipun tudungnya lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram cokelat dan jamur tiram abu-abu.
2.Jamur tiram cokelat mempunyai rumpun yang sangat sedikit dibandingkan dengan jamur tiram putih dan jamur tiram abu abu, tetapi tudungnya lebih tebal dan day a simpannya lebih lama.
3.Jamur tiram abu-abu mempunyai rumpun paling banyak dibandingkan dengan jamur tiram cokelat maupun jamur tiram abu-abu,  tetapi jumlah cabangnya sedikit dan lebih tipis dibandingkan  dengan jamur tiram cokelat. Daya simpannya paling pendek.

Di alam, jamur tiram banyak ditemukan tumbuh pada pokokpokok kayu yang sudah lapuk. Berdasarkan sifat tumbuh jamur tiram di alam tersebut maka dapat disimpulkan bahwa budi daya jamur tiram dapat dilakukan pada media buatan yang mempunyai kandungan hara menyerupai kayu yang sudah lapuk.
 Pada prinsipnya, budi day a jamur tiram adalah mengusahakan kondisi sehingga jamur tiram tersebut dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan adaptasi substrat dan lingkungan tempat tumbuh sesuai dengan habitat tumbuhnya di alamo Faktor yang berpengaruh tersebut adalah faktor media tumbuh dan faktor lingkungan.

A. Media Tumbuh
Media bagi pertumbuhan jamur tiram sebaiknya dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam.

1. Nutrisi

Nutrisi media sangat berperan dalam proses budi daya jamur tiram. Nutrisi bahan baku atau bahan yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup jamur tiram. Bahan baku yang digunakan sebagai media dalam budi daya jamur tiram dapat berupa batang kayu yang sudah kering, jerami, serbuk kayu, campuran antara serbuk kayu dan jerami, atau bahkan alang-alang.
Selain bahan baku tersebur, masih perlu ditambahkan beberapa bahan tambahan antara lain bekatul sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein; kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH media; serta gips sebagai bahan penambah mineral dan sebagai bahan untuk mengokohkan media. Bahan-bahan tersebut perlu ditambahkan mengingat jamur tiram termasuk organisme heterotrofik, yakni organisme yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri.

 2. Kadar air

Media yang dibuat dari campuran beberapa bahan tersebut perlu diatur kadar air serta pH-nya. Kadar air media diatur hingga 50-  65% dengan menambahkan air bersih. Air perlu ditambahkan sebagai bahan pengencer agar miselia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media/substrat dengan baik. Apabila air yang ditambahkan kurang maka penyerapan makanan pleh jamur menjadi kurang optimal schingga jamur menjadi kurus. Bahkan hal ini dapat mengakibatkan jamur mati. Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka akan mcngakibatkan busuk akar.

3. Tingkat keasaman

Tingkat keasamaan media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur tiram akan terhambat. Bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumhuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman atau pH media perlu diatur antara pH 6-7 dengan menggunakan kapur.

B. Lingkungan

Di samping media tumbuh, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur. Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu, kelembapan ruangan, cahaya, dan sirkulasi udara.  Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dtbandingkan suhu pad a saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah jamur). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22-2ff C dengan kelembapan 60-80%, sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 16-220 C dengan kelembapan 80-90%. Pcngacuran suhu dan kelembapan tersebut di dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Pcngaturan kondisi lingkungan sangat penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu terlalu tinggit sedangkan kelembapan terlalu rendah maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati.
Di samping suhu dan kelembapan, faktor cahaya dan sirkulasi Udara perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram. Sirkulasi udara Harus cukup, tidak terlalu besar tetapi tidak pula terlalu kecil. Intensitas Cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10% (intensitas cahaya dalam ruangan cukup untuk membaca koran).

BAB lll
PEMBUATAN BIBIT JAMUR TIRAM

Keberhasilan budi daya jamur ditentukan oleh kualitas media Tanam, proses budi daya, dan kualitas bibit yang digunakan. Bibit yang berkualitas dapat dibuat dengan perlakuan-perlakuan Yang teliti dan sarana yang cukup memadai, seperti ruang pembuatan Peralatan, dan kemampuan pelaksana. Bagi petani kecil yang  memiliki sarana dan prasarana yang memadai disarankan untuk Bibit dari produsen bibit. Alamat produsen bibit jamur tiram Lain sebagai berikut.
I. Pppg pertanian cianjur
   ji. Jangari km 14, sukajadi, karangtengah, cianjur
2.tclepon (0263) 317131
3. Pt. Cibodas mas biotek, cipanas-cianjur.
   yayasan agbi, parungkuda-sukabumi
4.padepokan jamur, cibodas- cianjur

Secara umum pembuatan bibit dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan kultur murni, pembuatan bibit induk, dan pembuatan bibit semai.

A. Pembuatan Kultur Murni

Pembuatan kultur murni dilakukan melalui tiga tahap pekerjaan berikut.
1. Pembuatan media agar.
2. Pemilihan induk tanaman.
3. Isolasi.
1. Pembuatan media agar

Media yang biasa digunakan untuk pembuatan kultur murni adalah potatoes dextrose agar (PDA) yang kualitasnya sudah mengalami standarisasi. Media tersebut dapat dibeli di toko-toko yang menjual bahan-bahan kimia dengan harga kira-kira Rp 250.000,00 per kemasan (1 kemasan = 500 gram). Apabila susah diperoleh maka media tersebut dapat dibuat sendiri menggunakan hahan-bahan yang mudah diperoleh di pasar dengan harga yang relatif murah.

Secara sederhana, pembuatan media PDA dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Siapkan bahan-bahan seperti kentang 100 g, dekstrose (gula
    putih) 10 g, agar batang atau tepung 3,9-4 g, aquades 500 ml,
    CaC03 atau cuka encer sebagai pcngatur pH.
2. Kentang dikupas kemudian dicuci dan diris-iris setebal 1 cm.
3. Irisan kentang direbus ke dalam panci sampai diperoleh air re- '
    busan yang kekuning-kuningan, yaitu ketika kentang mulai lunak.
4.Air rebusan kentang disaring dengan menggunakan kain saring.
5.Filtrat diambil sebanyak 200 ml lalu ditambahkan dekstrose dan
   agar batang atau tepung. Selanjutnya semua bahan dimasak sampai larut.
6.Keasaman larutan diatur antara 6,8-7 dengan menambahkan CaCO atau   larutan asam cuka encer. Jika pH kurang dari 6,8  maka perlu ditambahkan CaCo3 hingga mencapai pH yang dikehendaki. Akan tetapi, jika pH lebih besar dari 7 maka ditambahkan asam cuka hingga mencapai pH yang dikehendaki.
  7.Larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml Tabung ditutup   rapat dengan menggunakan kapas atau kapuk yang    digulung dan ditutup dengan menggunakan kertas perkamen.
8.Media dalam tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam autoklaf    dan disterilisasi pada suhu 1210 C, tekanan 1,1 atm, selama    15-20 menit.
9.Setelah selesai sterilisasi, tabung diambil dan dimiringkan. Tabung    tersebut  dibiarkan sampai media menjadi dingin dan beku.

2. Pemiliban induk tanaman

Agar didapatkan bibit jamur yang berkualitas maka harus dipilih induk tanaman yang bersifat unggul. Induk tanaman jamur yang dapat dipakai untuk menghasilkan bibit yang berkualitas adalah sebagai berikut.
a. Jamur berukuran besar, bulat teratur, tebal, dan batangnya bulat kokoh
b. Jamur tidak terserang hama penyakit.
c. Jamur tidak mengalami kelainan fisik, scpcrti keriting atau mekar
    tidak sempurna.
Peme1iharaan bakal induk sebaiknya dilakukan sejak awal dari penyiapan media, habitat tumbuh, dan pcmbatasan jumlah tanaman (rumpun).

3. Isolasi

Isolasi pada dasarnya merupakan upaya untuk mendapatkan kultur murni jamur kayu. Pembuatan kultur murni merupakan tahap paling penting dalam menjamin kemurnian bibit jamur yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu, seluruh pekerjaan dalam pembuatan kultur murni memerlukan ketelitian dan kehati-hatian.
Isolasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan kultur jaringan dan kultur spora.

a.Isolasi dengan kultur jaringan

Isolasi dengan kultur jaringan dilakukan dengan car a mengambil jaringan jamur (eksplan) dan menanamnya pada media agar miring. Teknik isolasi dengan kultur jaringan adalah sebagai berikut.
I . Disiapkan alat dan bahan yang dibu tuhkan.
2. Kotak inokulasi (inkas) dibersihkan dan disterilkan dengan menggunakan
    alkohol 70% atau dengan formalin 2%.
3. Lampu spiritus dalam kotak inokulasi dihidupkan selama 30-
    60 menit sebelum digunakan untuk isolasi.
4. Alat-alat dalam kotak inokulasi disterilkan dengan menggunakan
    alkohol (kalau perlu dibakar di at as lampu spiritus).
5. Bakal induk (eksplan) disiapkan dengan car a aseptis. Eksplan
   diambil dengan cara memotong bagian dalam tanaman, yaitu
   pada ketiak daun, dengan menggunakan pisau isolasi steril yang
   tajam dengan ukuran 3 mm2
 6. Media PDA miring yang telah dibuat disiapkan kemudian
     eksplan dimasukkan ke dalam media dengan car a aseptis dan
     secepatnya ditutup rapat dengan menggunakan kapas penutupnya.
7. Media yang te1ah ditanami eksplan tersebut diinkubasikan dalam
    inkubator pada suhu 260 C selama 2-3 hari.
8. Hasil inkubasi diamati. Apabila tidak tumbuh miselia atau
    tumbuh miselia, tetapi terkontaminasi dengan mikrobe lain
   (jamur atau bakteri) berarti isolasi tersebut gagal. Sebaliknya,
    isolasi dianggap berhasil bila di sekitar eksplan tumbuh miselia
    jamur berwarna putih secara merata.
 9.  Biakan murni yang sudah jadi siap digunakan dalam pembuatan
     bibit induk. Penyimpanan harus diberi labeVetiket untuk menghindari
     kesalahan. Apabila bibit belum digunakan sebaiknya
     biakan murni disimpan dengan baik dan perlu dilakukan peremajaan
     setiap 2-4 minggu sekali agar stok biakan murni selalu
     tersedia dengan kondisi yang baik.

b. Isolasi dengan kultur spora

Isolasi dengan kultur spora pada prinsipnya adalah isolasi dari spora jamur yang fertil (subur). Pada prinsipnya, cara isolasi ini sarna dengan cara isolasi dengan kultur jaringan. Perbedaannya hanya dalam pengambilan eksplan. Pada isolasi kultur spora yang diambil sebagai eksplan adalah bagian lamella (bilah) karena spora jamur sebagian besar . menempel pada lamella.

B. Pembuatan Bibit Induk

Bibit induk adalah bibit yang diperoleh dari inokulasi kultur murni dan digunakan sebagai inokulan (bibit yang akan diinokulasi) dalam pembuatan bibit semai (siap tanam).  Pembuatan bibit induk dilakukan melalui dua tahap pekerjaan, yaitu pembuatan media tanam dan inokulasi.

I. Pembuatan media tanaman

Media tanam yang digunakan dalam pembuatan bibit induk dapat dibuat dengan menggunakan bahan dasar serbuk kayu atau campuran biji-bijian dan serb uk kayu. Media dari campuran biji-bijian dan serbuk kayu dianggap lebih baik daripada media dari serbuk kayu saja. Pasalnya, dengan adanya penambahan biji-bijian tersebut maka kandungan nutrisi media akan lebih banyak sehingga diharapkan jamur dapat tumbuh lebih baik.

Cara pembuatan media tanam untuk bibit induk adalah sebagai
berikut.

1 Disiapkan bahan-bahan dengan persentase berat sebagai berikut.
   Biji-bijian Uagung, cantel, atau padi) : 60%
   Serbuk kayu yang halus : 40%
   Kapur (CaC03 atau CaOH) : 0,5-1 %
   Gips : 0, 1-1 %
   Air : secukupnya

2.Biji-bijian yang akan digunakan sebagai media dicuci
   bersih kemudian direndam dalam air selama 24 jam.

3.Biji-bijian yang bernas dipisahkan dari biji-bijian yang mati (biji
   yang mati biasanya mengapung di air).

4.Biji-bijian tersebut direbus sampai rna tang (agak mekar), tetapi
   jangan terlalu rna tang (terlalu hinak).

5.Serbuk kayu dicampur d~ngan kapur dan gips sampai merata,
    kemudian dicampurkan ke dalam biji-bijian yang telah rna tang
   A hingga merata.

6.Kadar air media tanam tersebut diatur hingga mencapai 45-
  60%. Pengaturan kadar air dilakukan dengan menambahkan air
  (bila perlu). Untuk mengetahui bahwa kadar air media tanam
  sudah cukup, caranya yaitu dengan mengepalkan media tanam
  itu. Apabila gumpalan media tanam tidak pecah dan tidak
  mengeluarkan air, berarti kadar air media sudah cukup.

7.Keasaman media diatur hingga mencapai 6,8-7   dengan penambahan
   kapur apabila media terlalu asam atau dengan menggunakan
   asam cuka encer apabila media terlalu basa.

8.Media tersebut dimasukkan ke dalam botol atau wadah lainnya,
   seperti erlenmeyer atau kantong plastik yang diberi cincin pralon,
   sebanyak 2/3 bagian tanpa dipadatkan. Selanjutnya wadah
   ditutup dengan kapas sampai rapat dan ditutup lagi dengan
   kertas perkamen.

9. Media disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu
   121 0 C tekanan 1,1 atm selama 30- 60 menit atau dikukus dengan
   soblok selama 2 jam.

10. Media didinginkan selama 6-12 jam sebelum dilakukan inokulasi
   dengan kultur murni.

2. Inokulasi

Inokulasi kultur murni ke dalam media bibit induk harus dilakukan dengan cara yang aseptis dalam kotak inokulasi. Berikut ini cara inokulasi dalam pembuatan bibit induk;
1.Disiapkan alat dan bahan, seperti jarum ose, lampu spiritus, inkas
   alkohol, kultur murni jamur tiram, dan media bibit induk.
2.Kotak inokulasi disterilkan dengan menggunakan alkohol 70%
   atau formalin 2%.
3.Lampu spiritus dihidupkan selama 30-60 menit sebelum digunakan
   untuk inokulasi.
 4.Alat inokulasi (jarum ose) disterilkan dengan menggunakan  alkohol
    dan dilakukan pembakaran dengan lampu spiritus (bila perlu).
5. Sebagian kultur murni dalam tabung reaksi diambil dengan jarum
    ose secara aseptis di atas lampu spiritus dan dimasukkan ke dalam
    media bibit induk.
6. Sisa kultur murni dan media bibit induk dalam botol ditutup
    rapat dengan kapas.
7.Media bibit induk diinkubasikan pada suhu 26-28° C sampai
   seluruh media penuh oleh miselia jamur yang berwarna putih,
   yaitu kira-kira selama 2-4 minggu.

C. Pembuatan Bibit Semai

Bibit semai adalah bibit yang siap digunakan langsung sebagai bibit tanaman dalam budi daya jamur. bibit semai pada dasarnya sarna dengan pembuatan bibit induk. Perbedaannya terletak pad a inokulan dan komposisi media yang digunakan. Inokulan yang digunakan adalah bibit induk. Sementara itu, komposisi media bibit semai adalah sebagai berikut.
Serb uk kayu halus : 90-93%
Bekatul : 6-9% •
Kapur : 1-1,5%
Air (sampai diperoleh kadar air media 45%)

BAB IV

BUDI DAYA JAMUR TIRAM DENGAN MEDIA SERBUK KAYU

Telah diuraikan bahwa budi daya jamur dapat menggunakan kayu gelondongan, tatal, atau serb uk kayu (serbuk gergaji). penggunaan serbuk kayu sebagai media antara lain mudah diperoleh dalam ujud limbah sehingga harganya reladf murah, mudah dicampur dengan bahan-bahan lain pelengkap nutrisi, serta mudah dibentuk dan dikondisikan.

A. Persiapan Sarana Produksi

Sebelum melakukan kegiatan produksi, sarana produksi yang diperlukan sebaiknya dipersiapkan dahulu. Sarana produksi itu antara lain bangunan, peralatan, dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan.

1. Bangunan

Budi daya jamur secara komersial memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang  diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman, dan ruang pembibitan.

a. Ruang persiapan

Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain kegiatan pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan seperti bekatul dan kapur apabila skala produksi usaha itu tidak terlalu besar. Namun, bila skala produksi sudah besar maka bahan-bahan itu sebaiknya ditempatkan dalam ruang terpisah (gudang bahan).

b. Ruang inokulasi

Ruang inokulasi adalah ruang untuk menanam bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan  untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikrobe lain. Pada ruang inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar. Ventilasi sebaiknya dipasangi filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat meningkatkan kontaminan - (adanya mikrobe lain). Pada perusahaan-perusahaan budi daya jamur skala besar, biasanya ruang inokulasi dilengkapi dengan alat pendingin udara (air conditioning). Sterilisasi ruang inokulasi dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan formalin 2% ke dalam ruangan.

c. Ruang inkubasi

Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang inkubasi biasa disebut dengan ruang spaurning. Ruang ini tidak boleh terlalu lembap, kondisi 'ruang sebaiknya diatur pada suhu 22-28° C  dengan kelembapan 60-80%. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak lnkubasi untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang dah diinokulasi.

d. Ruang penanaman

Ruang penanaman atau sering juga disebut dengan ruang growing digunakan untuk menumbuhkan jamur. Ruang ini dilengkapi pula dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabut yang dipasang pada rak penanaman ataupun pengabut yang terpisah dari rak. Pcngabut tersebut berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga ruangan bisa diatur dalam kondisi yang optimal (suhu 16-22° C dt'ngan kelembapan 80-90%).

e. Ruang pembibitan

Ruang pembibitan adalah ruang yang khusus digunakan untuk  proses produksi bibit. Ruang ini diperlukan bila produksi sudah besar.Namun,bila bibit yang digunakan masih sedikit maka lebih efektif bibit dibeli dari produsen bibit sehingga ruang pembibitan tidak diperlukan lagi.

2. Peralatan

Budi daya jamur tiram secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh seperti cangkul, sekop, botol atau kayu (untuk memadatkan media tanam), alat pensteril, lampu spiritus.Untuk kapasitas produksi yang cukup besar diperlukan peralatan yang cukup besar seperti mesin ayakan, mixer, filler, boiler, dan chamber sterilizer. Mixer digunakan sebagai alat pencampur; filler digunakan sebagai alat pengisi media ke dalam kantong plastik dengan Jumlah tertentu; boiler digunakan sebagai sumber pemanas (uap); chamber sterilizer digunakan sebagai alat untuk sterilisasi dalam jumlah yang besar.

3. Bahan-bahan

Bahan-bahan untuk budi daya jamur tiram yang . perlu diperiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan pelengkap.

a. Bahan baku

Kayu atau serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung karbohidrat, serat lignin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara lain karbohidrat, lignin, dan serat, sedangkan fuktor yang menghambat antara lain adanya getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, kayu atau serbuk kayu yang digunakan untuk budi daya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Beberapa contoh kayu seperti itu antara lain kayu alhasia, randu, dan meranti.
Serbuk kayu dapat diperoleh secara melimpah pada pabrik-pabrik penggergajian kayu. Serb uk kayu hasil penggergajian dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Namun, hingga saat ini masih banyak pabrik penggergajian kayu yang hanya membuang serbuk kayu tersebut. Jenis serbuk kayu yang digunakan dapat berasal dad berbagai macam kayu, baik kayu keras maupun kayu yang lunak.

                             Tabel  Komposisi Kimia Kayu
Komponen Kimia
  Kayu daun lebar %
Kayu daun jarum %
 Selusa
Lignin
Pentosan
Zat ekstraktif
Abu
          40-45
          18-33
          21-24
            1-12
          0,22-6
           41-44
           28-28
             8-13
             2,03
             0,89







Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media penanaman jamur perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan. Selain itu, serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang terbaik adalah serbuk yang , berasal dari kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak ataupun getah. Namun demikian, serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya lebih lama sebelum proses lebih lanjut. Serbuk kayu yang terkena bahan bakar minyak tidak dapat digunakan sebagai media. Hal ini disebabkan minyak bersifat menghambat bahkan dapat mematikan pertumbuhan jamur tiram.

b. Bahan tambahan

Bahan-bahan lain ya.ng digunakan dalam budi daya jamur kayu pada media plastik terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak)  padi), kapur (CaC03)  gips (CaS04). Oapat pula ditambahkan tepung tapioka atau tepung biji-bijian yang lain.

1) Bekatul

Bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen. Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan wangi, rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sehaiknya dipilih yang masih baru, belum tengik, dan tidak rusak.

2) Kapur

Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsiurn (Ca). Oi  amping itu, kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbohidrat (CaC03). Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya. Demikian juga dengan adanya unsur karbon.

3) Cips (CaSO)

Gips digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk mcmperkokoh media. Oengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah rusak.

4) Kantong plastik

Penggunaan kantong plastik bertujuan untuk mempermudah pengturan  kondisi Oumlah oksigen dan kelembapan media) dan penanganan  media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan udalah plastik yang kuat dan tahan panas sampai dengan suhu 100" C. Jenis plastik biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam budi daya jamur antara lain 20 em x 30 em, 17 em x 35 em, 14 em x 25 em dengan ketebalan 0,3 mm- O,7 mm atau dapat juga lebih tebal.

B. Pembudidayaan

Dalam pembudidayaan jamur kayu, beberapa tahap berikut perlu diperhatikan.

1. Persiapan
Serbuk kayu, bekatul, kapur dan gips disiapkan sesuai dengan kebutuhannya. Perbandingan keburuhan bahan-bahan tersebut adalah seperti pada Tabel dibawah ini.

TABEL KEBUTUHAN BAHAN-BAHAN DALAM BUDI DAYA JAMUR TIRAM

Formulasi
Serbuk Kayu (Kg)
Tapioka
(Kg)
Bekatul
(Kg)
Kapur
(Kg)
Gips
(Kg)
TSP
(Kg)
I
II
III
IV
 100
100
100
100
 -
-
-
5
 15
  5
 10
 10
 5
 2,5
2,5
5
 1
0,5
0,5
1
-
0,5
0,5
0,5


Pada Tabel   terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan jamur tiram. Hal tersebut berdasarkan pengalaman masingmasing pengusaha yang dilakukan di tempat yang berbeda yang lebih menguntungkan. Biasanya setiap pengusaha jamur tiram mempunyai formulasi khusus. Berdasarkan Tabel  dapat dipilih salah satu formulasi yang sesuai dengan kondisi tempat budi daya.

2. Pengayakan

Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik karena di dalamnya biasanya terdapat  potongan-potongan kayu yang eukup besar. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik.
Untuk mcngatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu diayak. Ukuran ayakan yang digunakan sama dengan ukuran ayakan untuk mengayak pasir. Pcngayakan dapat dilakukan seeara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Namun, apabila skala produksinya eukup besar maka dapat digunakan mesin pengayak. Serbuk gergaji mengandung debu kayu. Oleh karena itu, pada waktu  melakukan pengayakan, pekerja harus menggunakan masker atau penututup hidung untuk menjaga kesehatannya.

3.Perendaman

Perendaman serbuk gergaji perlu dilakukan untuk menghilangkan getah dan minyak yang terdapat pada serb uk kayu. Di samping itu perendaman juga berfungsi untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah uraikan oleh jamur.
Perendaman dilakukan dengan cara memasukkan serbuk gergaji ke dalam karung plastik untuk mengurangi kehilangan serbuk kayu selama perendaman. Perendaman dilakukan selama 6-12 jam. Setelah perendaman selesai, serbuk kayu ditiriskan.

4. Pengukusan

Pengukusan serbuk kayu yang telah direndam dilakukan pada suhu 80-90° C selama 4- 6 jam. Proses pengukusan ini bertujuan untuk mengurangi mikrobe yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram yang ditanam. Pengukusan juga diharapkan dapat melarutkan min yak dan getah yang terdapat pada kayu. Selain itu, bahan-bahan organik yang terdapat dalam serbuk kayu akan mudah diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana.

5. Pencampuran

Bahan-bahan tambahan yang telah ditimbang sesuai dengan kehutuhan selanjutnya dicampur dcngan scrhuk gcrgaji yang teah dikukus  Pencampuran dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia  apabila kapasitas produksinya masih ked!. Namun, jika produksi cukup besar maka pencampuran dilakukan dengan mesin pencampur ( mixer). Pencampuran harus dilakukan secara merata. Dalam proses pencampuran diusahakan tidak terdapat gumpalan, terutama serbuk gergaji dan kapur, karena dapat mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak merata. Dengan tidak meratanya campuran media sa ngat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.

h. Pengomposan

Proses pengomposan dimaksudkan untuk menguraikan senyawa- nyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawa- senyawa yang lebih sederhana akan lebih mudah dicerna oleh jamur hingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik.
Pengomposan dilakukan dengan cara membumbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1-2 hari. Proses pengamposan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu menjadi sekitar 50° C.

Kadar air campuran atau kampos harus diatur pada kandisi 50- 65% dengan tingkat keasaman (pH) 6-7. Secara sederhana, untuk me ngetahui kadar air 50-65% dapat dilakukan dengan membuat gumpalan adonan dengan cara mengepalkan adonan. Apabila gumpalan dalam kecpalan mengeluarkan air terlalu banyak maka kandungan air dalam hahan tersebut terlalu tinggi. Adonan yang baik adalah bila adonan itu dikepal membentuk gumpalan, tetapi mudah dihancurkan kembali. Adonan yang terlalu banyak mengandung air akan memacu pertumhuhan mikrobe yang lain, terutama dari jenis kapang, yang dapat merusak media (media tumbuh maupun jamur yang tumbuh menjadi cepat busuk).
Tingkat keasaman atau pH media dapat diketahui dengan menggunakan kertas pH. Seperti telah diuraikan bahwa tingkat keasaman  yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari 6-7 akan menghambat pertumbuhan jamur.

7. Pembungkusan

Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan plastik polipropilen (PP) karena plastik ini relatif tahan panas. Ukuran plastik bermaeam- maeam. Pembungkusan dilakukan dengan eara memasukkan adonan ke dalam plastik kemudian adonan itu dipadatkan dengan menggunakan botol atau alat yang lain. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media eepat menjadi busuk sehingga produktivitas menurun.
Setelah media dipadatkan, ujung plastik disatukan dan dipasang "cincin" yang dapat dibuat dari potongan pralon atau bambu kecil pada bagian leher plastik. Dengan demikian, bungkusan akan menyerupai botol. Pengisian media ke dalam plastik dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Apabila kapasitas produksi eukup besar maka kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengisi (filler). Setelah dilakukan pengisian media, kantong plastik dengan ukuran 20 em x 30 em biasanya menghasilkan media seberat 800-900 g, sedangkan ukuran plastik 17 em x 35 em akan menghasilkan media seberat 900-1.000 g.

8. Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menginaktifkan mikrobe, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80-90° C selama 6-8 jam. Untuk melakukan sterilisasi dapat digunakan alat yang sangat sederhana, yaitu drum minyak yang sedikit dimodifikasi dengan menambahkan sarangan sebagai pembatas antara air dengan tempat media.

Pengomposan serbuk gergaji. Campuran serbuk gergaji dibumbun kemudian ditutup plastik selama 1- 2 hari
Media tanam dibungkus dengan kantong plastik kemudian dipadatkan. Pengisian media yang kurang padat menyebabkan hasil panen tidak optimal


Konstruksi alat sterilisasi ini menyerupai alat pengukus, seperti langsang atau soblok. Sterilizer dari drum tersebut dapat digunakan untukSterilisasi media  ukuran 20 cm x 30 cm sebanyak kira-kira 100 buah.Sterilizer dapat diperbesar dengan menyambung drum tersebut dengan potongan drum sehingga kapasitasnya lebih besar.
Selain dengan menggunakan sterilizer sederhana, untuk melakukan sterilisasi   dapat pula digunakan ruang sterilisasi (chamber sterilizer)  . Chamber sterilizer tersebut biasanya digunakan untuk produksi dengan kapasitas yang besar. Penggunaan chamber sterilizer lebih efektif dan efisien karena dilengkapi rak beroda yang dapat dimasukan ke dalam ruang sterilisasi yang dapat menghemat waktu persiapan sterilisasi. Di samping itu, pemanas yang digunakan biasanya  menggunakan ketel uap (boiler) sehingga meskipun dengan kapasitas yang besar, suhu yang dibutuhkan tetap dapat tereapai dan dapat tersebar dengan merata pada seluruh media.

9. Pendinginan

Media yang telah disterilisasi didinginkan antara 8-12 jam sebelum dilakukan inokulasi (pemberian bibit). Pendinginan dilakukan hingga temperatur meneapai 35-40° C. Untuk mempercepat proses pendinginan dapat digunakan kipas angin (blower). Apabila suhu media masih terlalu tinggi maka bibit yang ditanam akan mati karena kepanasan.

10. Inokulasi (pemberian bibit)

Agar inokulasi dapat berhasil dengan baik, ada beberapa hal yang perlu  iperhatikan pada saat melakukan kegiatan ini.

a, Kebersihan

Kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat, dan sumber daya atau  elaksananya, Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasnya. Oleh karena itu, alat dan tempat inokulasi disterilisasi telebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spiritus atau lampu bunsen . Semua peralatan yang digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam
larutan alkohol 70% kemudian dinyalakan beberapa saat. Hal ini
dilakukan hati-hati, jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu
hangus. Sementara itu, sterilisasi tempat at au ruangan dilakukan
dengan menyemprotkan alkohol atau larutan formalin 2%. Diusahakan
agar ruang inokulasi bukan merupakan ruang yang terlalu bebas
(bukan tempat lalu-Ialang) dan bukan merupakan tempat yang
terbuka.


Sebelum melakukan inokulasi, pelaksana inokulasi di,haruskan
mencuci tangan dengan alkohol. Selain itu, selama melakukan inokulasi,
pelaksana inokulasi dianjurkan menggunakan pakaian yang bersih.

b. Bibit

Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budi daya
jamur, tiram. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan .
bibit jamur tiram ini adalah sebagai berikut.

1) Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.
2) Umur bibit optimal 45-60 hari.
3.Warna bibit merata.
4.Bibit tidak terkontaminasi.
5.Belum ditumbuhi jamur.

c.Teknik inokulasi

Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya dengan
taburan dan tusukan. Inokulasi secara taburan adalah dengan menaburkan
bibit ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu,
inokulasi secara tusukan dilakukan dengan car a membuat lubang dt
bagian tengah media melalui ring (cincin) sedalam 3/4 dari tinggi media.
Penusukan dilakukan dengan menggunakan batang kayu berdiameter
satu lnci. Selanjutnya dalam lubang tersebut diisikan bibit yang
telah dihancurkan.

Media yang telah diisi bibit selanjutnya ditutup dengan menggunakan
kapas sisa pintalan (dapat juga digunakan kapuk randu, koran,
atau tutup yang lain). Penutupan media tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur karena
miselia jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak
oksigen. Apabila penutupan dilakukan dengan rapat sekali maka pertumbuhan
miselia akan terhambat dan akan berakibat kurang baik
dalam pembentukan tubuh buahnya.

11. Inkubasi

Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah
diisi dengan bibit pada kondisi tertentu agar miselia jamur tumbuh.
Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia adalah antara 22-
28° C. Apabila suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi maka ruangan
tempat inkubasi tersebut harus diatur.

Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata.
Biasanya media akan tampak putih secara merata antara 40-60 hari
sejak dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur
dapat diketahui sejak 2 minggu setelah inkubasi. Apabila setelah 2
minggu tidak terdapat tanda-tanda adanya miselia jamur berwarna putih
yang merambat ke bawah maka kemungkinan besar jamur tersebut
tidak tumbuh.

Untuk mengatasi media yang tidak ditumbuhi miselia jamur tersebut
maka perlu dilakukan sterilisasi ulang pada media hingga inokulasi
kembali. Apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, sebaiknya
media dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik
(sudah rusak).

12. Penumbuhan

Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur setelah
berumur 40-60 hari sudah siap untuk dilakukan penanaman
(growing atau farming). Penanaman dilakukan dengan cara membuka
plastik media tumbuh yang sudah penuh miselia tersebut. Pada prinsipnya
pembukaan media adalah bertujuan memberikan 02 yang cukup
bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan 0 2 yang cukup maka
dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh
buah (fruiting body) dengan baik.
Pembukaan media dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya
dengan menyobek plastik media di bagian atas atau  dengan
membukanya saja. Selain dengan dua cara tersebut, pembukaan
media dapat pula dilakukan dengan menyobek penutup media dengan
pisau di beberapa sisi.

Satu sampai dua minggu setelah media dibuka biasanya akan
tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya
dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tereapai pertumbuhan
yang optimal. Apabila jamur yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan
terlalu lama maka bentuk jamur tersebut akan kurang baik dan day a
simpannya akan menurun.
Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada
jamur kayu adalah pada suhu 16--220 C dengan kelembapan 80-90%.
Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan termometer
ruang, sedangkan pengukuran kelembapan dengan menggunakan
higrometer yang dipasang pada ruang budi daya. Kondisi tersebut harus
dipertahankan agar pertumbuhan jamur tetap dalam kondisi yang baik.
Oleh karena itu, apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan kelembapan
terlalu rendah (biasanya terjadi pada musim panas) perlu dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan air bersih. Penyemprotan dapat
dilakukan dengan menggunakan sprayer (knap sack hand prayer) atau
dengan menggunakan pengabut yang dipasang di atas rak media.

13. Pemanenan

Kegiatan pemanenan ikut menentukan kualitas jamur tiram yang
dipanen. Untuk itu, pemanenan jamur tiram harus memperhatikan
beberapa hal berikut.

a. Penentuan saat panen

Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat
yang optimal, yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Pemanenan
ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pada
saat itu, ukuran jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata
antara 5-10 em. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk
mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasarannya.

Inokulasi media dengan bibit jamur.
Kebersihan dan kualitas bibit sangat menentukan keberhasilannya


b.Tehnik Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada.Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong cabang jamur yang ukurannya besar saja sebab dalam satu rumpun jamur mempunyai stadia pertumbuhan yang sama.Oleh karenanya,apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur yang ukurannya besar,maka jamur yang berukuran kecil tidak akan banyak bertambah besar,bahkan kemungkinan mati ( layu atau busuk ) Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur yang tertinggal.Adanya bagian jamur yang tertinggal tersebut dapat membusuk sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada media,bahkan dapat merusak pertumbuhan jamur yang lain.
c.Penanganan pasca panen
Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per-bagian tudung,tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel dibagian akarnya saja.Dengan cara tersebut,disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan simpan jamurpun akan lebih lama.
Secara ringkas proses budi daya jamur dapat dilihat pada diagram alir proses Budi Daya Jamur Tiram sebagai berikut.
 
SERBUK KAYU - PERENDAMAN - PENGUKUSAN-PENCAMPURAN ( Bekatul,Kapur dan Gips ) - PENGOMPOSAN-PEWADAHAN-STERILISASI-PENDINGINAN-INOKULASI-INKUBASI ( SPAWNING )-PENUMBUHAN ( GROWING )-PEMANENAN - JAMUR TIRAM.



































 


 
 




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar