Sabtu, 24 Desember 2011

MUSAFIR { Dimulai di hari JUMAT }

Bermula dari kediaman Akhi Nuruddin Al indunissy.Awal aku melangkahkan kaki pagi ini kumulai dari rumahku lalu menuju pada kediaman akhi Nuruddin Al Indunissy dan disana, didepan pintu masuk aku bertemu dengan,bapak Epi Abdul Haris dalam sambutannya untuk buku NAI yang dalam proses penerbitannya yang bertajuk “SAMBUTAN UNTUK BUKU NAI, INSYA ALLAH..”.Kemudian akupun asyik membaca isi sambutan beliau tentang kesan2nya ketika pertama kali bertemu dengan akhi Nurruddin Al Indunissu.Begini cerita beliau :
Aku hanyalah seorang tukang batu yang sengsara dan tak bahagia. Jam kerjaku begitu panjang dengan gaji tak seberapa, yang kurasa hanya letih badan dan pikiran. Setiap hari berkumpul dg mereka yang hanya memikirkan dunia dan jauh dari nilai agama. Menjalankan agamap sebatas pengetahuan, sholatpun sekedar menggugurkan kewajiban.

Hanya facebook merupakan hiburan terakirku, itupun kurasa mulai membosankan bahkan memuakkan. Karena isinya hanya have fun, pacaran dan taburan bermacam keluhan. Selebihnya kata kata bijak dangkal yg entah di comot dari mana, sedikitpun tidak membekas apa apa dihatiku.

Agustus 2011 adalah awal Ramadhan 1432 Hijriyah. Seorang teman shared sebuah tulisan, dan seperti biasanya kubaca sambil lalu saja. Namun entahlah ada sesuatu yang menyentuh hati gersangku.

Aku tiba tiba serius karenanya, meski nota itu agak panjang tapi subhanallah.. tulisan itu begitu menggugah.

Setelah kucari ternyata sumbernya dari sebuah page yang berisi "Nai Quotes", lebih tepatnya sebuah group facebook. Dengan satu klik like, aku pun mendapatkan banyak sekali nota luar biasa.

"Hal pertama yg dipelajari manusia ketika lahir adalah menangis. Setelah itu sisa keseluruhan hidupnya akan ia gunakan agar bisa tetap tersenyum ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menangis. Bagi seorang muslim, hidup tak sekedar itu. Ia harus terus belajar bagaimana caranya kehidupan yang singkat ini tak di isi dengan tawa tawa kesenangan yang nanti di tukar dengan tangisan abadi di akherat."

Aku di buat gelisah oleh kata kata itu. Kata kata yg sederhana. Tak perlu berfikir keras untuk mengerti maksudnya. Tapi justru itulah letak kekuatanya. Hingga semalaman aku hampir tak bisa tidur.

"Di tukar dengan tangisan abadi di akherat!"
Masya Allah, aku tercenung dibuatnya. Aku seperti tersadar. Selama ini aku telah menyia nyiakan umur saya dan telah 'menukar' seperti kalimat di atas.

"Tetaplah arahkan kaki dan hatimu menuju Tuhanmu. Mesti sendirian dan tak indah. Tetaplah wahai hati."

Subhanallah! Kata kata itu seperti menguliti diriku.

"Dan mimpipun akan sirna dalam sekejab, hidup inipun akan berakir."

Kata kata itu mengalir begitu saja dalam facebook di hapeku, aplikasi yang mulai membuatku jemu dan akan segera kutinggalkan karena kupikir tak bermutu.

Untuk pertama kalinya aku di buat gelisah bahkan menangis oleh isi facebook.

Luahan pemikiran yang dipertegas dengan ayat ayat Al Qur'an dan Hadis, membuat hatiku benar benar luruh.

Disini aku di bimbing dan diajari bagaimana bersahabat dengan takdir, selalu bersyukur dan iklas. Betul betul pelajaran yg tak pernah kudapatkan di keseharian hidupku yang serba keras dengan tutur kata tak beretika dan hidup jauh dari norma agama.

Tentu akulah orang yang harus berterima kasih pada beliau atas semua tulisan qolbunya yang begitu indah. Seperti memberiku pelita benderang yang menyinari sisa jalan hidupku agar langkahku tak salah arah lagi.

Kini aku belajar untuk menghargai hidup, mensyukuri setiap nikmat dan berusaha untuk selalu sabar dan iklas.

Syukur alhamdulillah nota nota itu telah dibukukan secara utuh.
Terima kasih banyak atas semua nota notanya Akhi NAI. Hanya Allah yang mampu membalasnya.

Maafkan aku yang tak bisa santun dan lebih baik dalam bertutur kata.

Salam santun silaturohim.
Jazakumullah Khairon.
Inilah pendapat beliau tentang seorang Nurrudin Al Indunissy dan pengaruhnya bagi kehidupan beliau,membaca pendapat beliau ini aku tak terlalu asing,karena kurang lebih begitu jugalah rasa yang ada dalam diriku ketika tahab demi tahab mulai mengenal akhi Nurruddin Al Indunissy.Dalam banyak hal aku sependapat dengan bapak Epi Abdul Haris.Tertarik dengan pribadi bapak Epi Abdul Haris yang sederhana namun mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat dalam tentang bagaimna ia memandang kehidupan ini akupun ingin lebih mengenal siapa beliau sebenarnya.Lalu mencoba menyelusuri album foto beliau karena keinginan tahuan sosok orang yang menarik bagiku untuk dikenal lebih dalam,siapa tahu aku bisa banyak memetik pelajaran dari beliau bagaimana harus bersikap untuk menghadapi ujian demi ujian dalam hidup dan ikhlas menerima takdir Nya.Tak ada foto disana yang aku bisa pridiksi adalah beliau karena foto2 yang ada hanya berisi kebanyakan gambar2 dari album om google. Tapi tanpa sengaja kursor laptopku mengarah pada sebuah foto seorang laki-laki yang sedang menggendong sesuatu didadanya.Keingin tahuankupun memerintahkah jemariku untuk meng kliknya.Maka dalam hitungan detik akupun sudah dapat mengakses berita yang terkandung dalam foto tersebut.Cerita ini berjudul " KISAH SEDIH DIHARI MINGGU " Dari note seseorang yang mungkin di tag ke pak Epi Abdul Haris yaitu note dari "HIKMAH MUTIARA QOLBU"Akupun kemudian asik membaca kisah sedih dihari minggu itu,sesuai dengan judulnya ternyata kisah ini memang sangat mengenaskan dan mengharukan. Ini ceritanya
"HIKMAH MUTIARA QOLBU"
Kisah Sedih Di Hari Minggu


Seandainya tidak ada hari Minggu, mungkin cerita Supriyono (38) tidak pernah menjadi Headline sebuah koran ibukota. Seandainya, biaya rumah sakit bisa gratis seperti yang dikatakan seorang SBY, cerita Supriyono dan anak bungsunya, Khairunnisa (3), tidak akan pernah terjadi.


Ah, seandainya biaya pemakaman dan harga kain kafan, semurah kita membeli kerupuk, tidak akan ada Khairunnisa-Khairunnisa lainnya disini. Seandainya, dan seandainya Supriyono tahu ini hanyalah mimpi tidur semalam, ia masih bisa mengajak Khairunnisa dan kakaknya, Muriski Saleh (6), jalan-jalan ke sebuah taman.


Minggu pagi (5/6) memang bukan hari yang indah bagi Supriyono. Setelah lelah mencari sampah seharian, di bawah kolong rel kereta api Cikini, Supriyono terbangun. Ada yang beda di pagi itu, Khairunnisa terlihat nyaman tidur di dalam gerobaknya. Namun, wajahnya yang memutih membuat Supriyono curiga. Ia pun berusaha membangunkan anak bungsunya itu.


Melihat anaknya terbujur kaku. Pikiran, Supriyono melayang, beberapa waktu lalu ia tak jadi membawa Khairunnisa ke rumah sakit. Padahal, saat itu Khairunnisa demam tinggi. Karena uang yang tersisa di kantong cuma Rp 5 ribu, Supriyono cuma berdoa agar anaknya sembuh sendiri. "Saya cuma sekali bawa Khairunnisa ke puskemas, Saya tak punya uang untuk berobat lagi. Saya memilung karud, gelas dan botol plastik. Penghasilan saya hanya Rp 10 ribu sehari. Saat itu uang saya tinggal Rp 5 ribu. Jika saya berobat, anak saya satu lagi mungkin tidak akan makan," pikir Supriyono.


Belum selesai pikirannya melayang. Supriyono kembali menangis. Duit di saku cuma Rp 6 ribu. Tak mungkin untu membeli kain kafan, menyewa ambulans dan biaya pemakaman. Sementara itu
Khaerunisa masih terbaring di gerobak.


Namun, kali ini ia tak mau mengecewakan anak gadisnya itu. "Bapak akan buat pemakaman seperti orang lainnya buatmu nak," ucap Supriyono dalam hati.


Ia pun langsung mengajak Muriski berjalan membawa gerobok berisi jenazah Khairunnisa ke Stasiun Tebet. Naik kereta api, Supriyono berniat menguburkan Khairunnisa di kampung pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.


Dengan bermodalkan sarung lusuh, Supriyono membungkus jenazah Khairunnisa. Dengan kaus warna putih yang biasa ia pakai, Supri menutupi kepala Khaerunnisa.


Namun, Kisah sedih Supriyono belum selesai disini. Begitu Supriyono masuk ke stasiun, orang-orang yang ada di stasiun langsung mengerubunginya. Ia dicurigai telah berbuat yang tidak-tidak pada Khairunnisa. Akhirnya, ia pun digelandang ke Polsek Tebet bersama anaknya Muriski.


Terpaksa Supriyono meladeni pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilayangkan polisi. Ia tidak mengerti, kenapa polisi tidak ada yang bertanya apa yang dapat mereka bantu kepadanya. Seandainya mereka semua itu semua bisa membantu. Bukannya mengirimkan Supriyono ke RSCM.


Di RSCM cerita Supriyono dan Khairunnisa terus berlanjut. Dengan alasan otopsi, pihak RSCM mau menahan Khairunnisa. Mendengar itu, Supriyono marah, ia tidak mau anaknya dibelah-belah hanya untuk kepentingan medis. Ia pun ngotot membawa Khairunnisa keluar.


Hingga Pukul 16.00 WIB, Supriyono baru bisa mengeluarkan Khairunnisa. Lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans. Supri dan Muriski dan terpaksa berjalan kaki sambil menggendong jenazah Khairunnisa.


Sepanjang jalan, warga yang iba memberikan uang sekedarnya untuk ongkos perjalan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum dan makanan sebagai bekal Supri dan Muriski ke Bogor.


Hingga kini aku tidak pernah tahu, apakah Supri dan Muriski berhasil memakamkan ke Khairunnisa ke Bogor. Masih berlanjutkah kisah sedih ini? Jujur, aku tak mau cerita ini bersambung , baik bagi Supri atau ribuan orang-orang miskin lainnya yang ada di sini. Cukup sudah Khairunnisa, jangan ada yang lainnya.

silahkan saling berbagi...smoga hati nurani anda smua msh terselip rasa tuk saling berbagi dg kaum miskin dan duafa...jgn hanya cuma bisa main fb aja tp sisihkanlah sisa recehan anda kedalam kotak amal,syukur-syukur bkn hanya recehan dan dg ikhlas anda menabung amal agar deposito anda smua smakin membengkak tuk diambil di wkt panen nanti di akhir sgala amal perbuatan akan diperhitungkannya dan hya anda sdrlah yg akan memetik hasilnya.........salam santun ana selalu....Mengharukan sekali bukan,tapi aku tak hendak mengomentari cerita ini cukup bagiku sebagai penghias kalbuku pagi ini betapa banyak derita berserakan disekitar kita tanpa kita mengetahuinya sementara kita masih saja mengeluh hanya dengan tertusuk duri ditelapak kaki.Astaghfirullah...ampuni aku ya Allah..hanya itu kata2 yang dapat kuucapkan atas kecengengan2ku selama ini dalam menghadapi masalah.Selanjutnya akupun jadi tertarik dengan siapa sang penulis cerita ini,sama seperti keingin tahuanku terhadap bapak Epi tadi,lalu akupun mencoba meng klik Link yang disertakan di akhir cerita dari kisah sedih dihari minggu itu.Juga dalam hitungan detik kemudian akupun sudah mendapatkan profilenya.Profile seorang ibu cantik bernama
Shalsyabela Fahdilla Manoraputry ( ADMIN ) dari "HIKMAH MUTIARA QOLBU". Akupun mencoba menyelusuri Status2 ibu cantik yang sholeh ini, dan akupun jatuh cinta dengan status2nya yang penuh motivasi serta note2 yang mampu mengugah hati nurani kita. Lalu aku berani kan diri meng Add beliau ini. Tak disangka selagi aku masih menulis note ini beliau sudah meng konfirmasiku.Alhamdulilah, terima kasih ibu Shalsyabela Fahdilla Manoraputry,semoga aku kesolehan anda menular kepadaku.Aamin...Inilah kisah perjalananku pagi ini yang bermula dari kediaman Nurrudin Al Indunissy.Ternyata benar bergaul dengan orang2 soleh akan dipertemukan dengan orang2 soleh pula. Terimakasih ya Allah telah Engkau pertemukan aku dengan orang2 soleh pagi ini. Terimakasihku pada 1. Akhi Nuruddin Al indunissyKarena bermula dari akhi aku bisa menemukan orang2 sholeh untuk dijadikan sahabat dalam mengarungi suka duka kehidupan ini.2. Akhi Epi Abdul Haris lewat akhi aku mengenal saudariku yang solehah.3. Shalsyabela Fahdilla Manoraputry dan dari Ukhti aku bisa mendapat info yang benar2 mampu menata Qalbu.Semoga kalian bertiga selalu diberi kekuatan dan kesehatan untuk berbagi ilmu serta semoga selalu dalam Rahmat Nya.Aamiin...


www.myland59.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar